MAKALAH
“Kontak
Kebudayaan Persia, Hindu, Arab, & Yunani
Terhadap
Ilmu Kalam”
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah : Ilmu kalam
Disusun
Oleh :
1.
Ike Nurjanah (1733143022)
2.
M. Fauzi Ridwan (1733143050)
3.
M. Sofi Mapyoh (17265007)
4.
Putri Choirun
Nisa’ (1733143060)
JURUSAN TASAWUF PSIKOTERAPI – 3B
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI
TULUNGAGUNG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada masa Nabi
SAW dan sahabat, istilah ilmu kalam belum dikenal dan belum menjadi disiplin
ilmu keislaman. Ilmu kalam muncul setelah ilmu-ilmu keislaman lainnya satu
persatu muncul dan setelah orang-orang membicarakan tentang masalah ilmu gaib
atau metafisika. Ilmu kalam muncul secara bertahap dari satu masa kemasa yang
lain, dari suatu abad ke abad yang lain. Pada masa Nabi SAW, kajian sifat-sifat
Allah tidak mendalam dan aktual, karena jika ada persoalan di antara mereka,
para sahabat langsung bertanya pada Nabi dan menjadi keputusan yang final.
Sahabat Nabi SAW tidak melampaui dalam menafsirkannya sebagaimana yang
dilakukan oleh para ahli ilmu kalam di kemudian hari.
Dengan
demikian, ilmu kalam tidak jauh berbeda dengaan keilmuan islam lainnya, seperti
fiqh, tasawuf, dan filsafat islam, ia juga mengalami paasang surut dalam
perjalanan sejarah kajian keislaman. Dalam teori kritis, ilmu pengetahuan
tidaklah bebas nilai melainkan dipengaruhi oleh kepentingan, pengalaman dan si
pembuat ilmu kalam itu sendiri. Akibatnya ilmu kalam dapat dikembangkan dan
dikritik sebagaimana ilmu fiqh, tasawuf, dan sebagainya.[1]
Pada umumnya,
ilmu pengetahuan selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman
dan perubahan situasi, begitu juga dengan ilmu kalam. Hal ini dapat
memungkinkan terjadinya kontak budaya terhadap ilmu kalam. Oleh karena itu
dalam makalah ini mencoba mengkaji bentuk kontak budaya persi, yunani, arab, hindu
dan budha terhadap ilmu kalam.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana bentuk kontak budaya
yunani terhadap ilmu kalam?
2.
Bagaimana bentuk kontak budaya
persi terhadap ilmu kalam?
3.
Bagaimana bentuk kontak budaya arab
terhadap ilmu kalam?
4.
Bagaimana bentuk kontak budaya
hindu dan budha terhadap ilmu kalam?
C.
Tujuan
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami bentuk
kontak kebudayaan yunani, persi, arab, hindu dan budha terhadap ilmu kalam
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
kontak budaya
Dalam
Tesaurus Alfabetis bahasa Indonesia kata kontak memiliki pengertian
yaitu hubungan, komunikasi, koneksi, pergesekan, persentuhan, persinggungan,
relasi, dan sambungan. Sedangkan kata budaya memiliki pengertian yaitu
merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia. Budaya adalah hasil pikiran
manusia. Jika suatu kelompok
masyarakat dengan tipe kebudayaan tertentu memiliki sikap terbuka dengan kebudayaan lain, maka akan terjadi kontak budaya.
B.
Bentuk kontak
kebudayaan Yunani terhadap Ilmu Kalam
Filsafat Yunani yang kurang lebih selama 900 tahun tersebut pada
perkembangannya masuk pada kebudayaan lainnya, seperti di Arab dan Persia. Dari
filsafat Yunani tersebut mempengaruhi pemikiran kebudayaan Arab. Dan pada
akhirnya mempengaruhi terhadap kehidupan manusia. Disini ilmu kalam mempengaruhi
kebudayaan-kebudayaan tersebut. Namun ajaran Ilmu kalam berasal dari logika
yunani sejak masa dinasti Umayyah (40-132 H/ 661-750 M) pada masa pemerintahan
Khalid ibn An-Nadim dan Al—Jahizh. Namun, titik kulminasi pengaruh yunani
adalah masa kejayaan Daulah Abbsiyyah pada masa al-Ma’mun pada tahun 830 H yang
telah membangun Bayt al-Hikmah sebuah perpustakaan, akademi, sekaligus biro
penerjemahan.[2]
Abd al-Mun’in menyatakan ilmu kalam mencakup akidah keimanan dengan
menggunakan argumentasi rasional . Ilmu ini muncul untuk membela agama islam
dan menolak akidah-akidah yang masuuk dari agama lain. Ilmu ini dikatakn ilmu
kalam karena persoalan yang dikajinya adalah kalam Allah, persoalaan akidah
yang mendalam, hari kiamat, hakikat sifat tuhan, qada’, qadar, hakikat kenabian,
dan penciptaan Al-Qur’an.
Ilmu kalam digunakan dalam terjemahan bahasa Arab dari ahli
filsafat yunani yang merupakan alih bahasa daari logos dalam berbagai arti
harfiyahnya, seperti word (kata), reason (akal), dab argumen (pembuktian
logika). Istilah ini berkembang menjadi cabaang khusus ilmu pengetahuan.
Akibatnya dikatakan ilmu kalam at-tabi’i (the physical kalam), sehingga orang
yang ahli ilmu alam disebut asbab al-kalam at-tabi’i.[3]
Menurut Amin Abdullah, pola logika pemikiran ilmu kalam yang
bersifat deduktif mempunyai kemiripan terhadap pola berfikir deduktif Plato.
Plato pernah berpendapat bahwa segala sesuatu yang dapat diketahui manuia
beersal dari “idea” yang sudah tertanam dan melekat pada diri manusia secara
kodrati sejak awal mulanya. Plato tidak menyetujui pendapat bahwa ilmu penegtahuan dapat diperoleh
manusia melalui pengetahuan dan pemeriksaan secara cermat dan seksama terhadap
realitas alam dan realitas sosial melalui pengamatan dan pengalaman indrawi.
Lantaran sifatnya yang berubah-ubah,, maka realitas semacam itu dianggap ilusi
dan tidak meyakinkan. Pemikiran islam pada umumnya, dan pemikiran kalam
khususnya, juga bersifat deduktif. Hanya saja fungsi ide-ide bawaan dalam pola
pikir Plato tersebut diganti –untuk tidak menyatakann diislamkan- oleh
al-Qur’an dan al-Hadis. Bahkan seringkali melebar sampai pad Ijma’ dan Qias.
Perhatikan perlunya dalil dan istidlal sebagai landasan pola pikir dan pola
bertindak dalam hidup keseharian umat islam. Pola pikir ini dengan mudah
menggiring seseorang dan kelompok kearah model berfikir yang bersifat
justifikatif terhadap teks-teks yang sudah tersedia. Akibatnya, pemikiran ilmu
kalam menjadi menjadi stagnan bahkan ia sebagai doktrin agama yang tidak boleh
di kritik dan ditafsiri ulang. Pada umumnya, ilmu pengetahuan selalu mengalami
perubahan sesuai dengan perkembangan zaman dan perubahan situasi.[4]
Dalam rekaman sejarah, cara terjadinya
kontak antara umat islam dan filsafat yunani (juga sains) melalui daerah
Suriah, Misokotamia, Persia, dan Mesir. Filsafat Yunani datang ke daerah-daerah
ini ketika menaklukkan Alexander Yang Agung ke timur pada abad ke-4 (331 SM).
Ia juga mempersatukan orang-orang yunani dan persia dalam satu negara besar
dengan cara berikut:
1.
Ia angkat pembesar dan pembantunya dari orang arab dan persia
2. Ia mendorong perkawinan campuran antara Yunani dan
persia. Bahkan, ia pernah menyelenggarakan perkawinan massal 24 jenderal dan
10.000 prajuritnya dengan wanita-wanita persia di Susa.
3. Sementara itu, ia sendiri kawin dengan Satria, putri
Darius, Raja Persia yang kalah perang.
4. Ia mendirikan kota-kota dan pemukiman yang dihuni
bersama oleh orang-orang Yunani dan Persia.
Dengan demikian, bercampurlah kebudayaan Yunani dan kebudayaan Persia.
Sebagai bukti dalam hal ini Kota Alexandria di Mesir yang dalam bahasa Arab
disebut al-Iskandaria, merupakan warisan dari usaha di atas.
Selanjutnya filsafat Yunani dikembangkan ke Timur oleh kaum emigran Kristen
Barat akibat pertentangan sekte sejak abad ke-3M. Di antara mereka ada yang
mendirikan tempat-tempat perguruan filsafat di Qannasrin (Syria), Harran
(daerah Irak), dan Jundisapur Persia. Setelah daerah-daerah tersebut dikuasai
oleh umat Islam, dengan berdirinya bait al-hikmah, kemudian oleh
al-Makmun diharuskan untuk mengajarkan seluruh jenis ilmu naql dan ‘aql.[5]
C.
Bentuk kontak
kebudayaan Persi terhadap Ilmu Kalam
Sebenarnya Arab dan
Persia memiliki hubungan sejak lama, yaitu pada bidang politik, pemikiran,
kemasyarakatan dan sastra. Namun, belum ditemukan argumentasi kuat yang
menyatakan bahwa kehidupan rohani Persia telah masuk ke tanah Arab. Yang jelas
adalah kehidupan kerohanian Arab masuk ke Persia hingga orang-orang Persia itu
terkenal dengan ahli-ahli tasawuf. Barangkali ada persamaan antara istilah
zuhud di Arab dengan zuhud menurut agama Manu dan Mazdaq; antara istilah hakikat
Muhammad dengan paham Hormuz (Tuhan Kebaikan) dalam agama Zarathustra. [6]
Sejak zaman klasik,
bahkan hingga saat ini, terkenal sebagai wilayah yang melahirkan sufi-sufi
ternama. Dalam konsep ke-fana-an diri dalam universalitas, misalnya, salah
seorang penganjurnya adalah seorang ahli mistik dari Persia, yakni Bayazid dari
Bistam, yang telah menerima dari gurunya, Abu Ali (dari Sind).
Sekarang,
mayoritas orang Persia beragama Islam (aliran Syi'ah) dan juga terdapat kelompok minoritas beragama Islam (aliran Sunnah
Waljamaah), Zoroastrianisme, Kristen, Yahudi dan Bahá'í.
Terdapat juga ateis
dan agnostik.
Orang Persia mulai memeluk Islam sekitar tahun 637 – 651. Hal itu terkait
rapat dengan penyebaran Islam pada zaman Khulafa'ur Rasyidin. Pada masa itu
bangsa Arab dan Persia sudah banyak melakukan peperangan. Baru pada
pemerintahan bani Umayyah, bangsa Persia berhasil ditaklukkan. Dengan
kemenangan bani Umayyah tersebut, maka memperluas wilayahnya dan menjadikan
Damaskus sebagai ibu kota pemerintahannya. Kedatangan bangsa Arab dan masuknya
Islam ternyata membuat kebudayaan bahasa Persia menjadi hilang dan tergantikan
oleh bahasa Arab. Akhirnya, kebudayaan Persia ini yang tertinggal hanyalah karya-karya
sastranya yang terkenal[7]
D.
Bentuk kontak
kebudayaan Hindhu-Budha terhadap Ilmu Kalam
Sejarah agama Buddha mulai dari abad ke-6 SM sampai
sekarang dari lahirnya sang Buddha Siddharta Gautama. Dengan
ini, ini adalah salah satu agama tertua yang masih dianut di dunia. Antara tasawuf dan system kepercayaan agama hindu
dapat dilihat adanya persamaan seperti sikap fakir.dari cara ibadah dan
mujawadah tasawuf dengan hindu.kemudian dari paham reinkarnasi.
ilmu kalam dan tasawuf berurusan
dengan hal yang sama yaitu mencari kebenaran. Ilmu kalam dengan metodenya
sendiri mengedepankan dan berusaha mencari kebenaran pembicaraan tentang
persoalan, persoalan kalam Tuhan. Tasawuf dan ilmu kalam serta kepercayaan agama Hindu memiliki
persamaan, seperti sikap fakir. Pada paham reinkarnasi (perpindahan roh dari
satu badan kebadan lain), cara pelepasan dari dunia versi Hindu-Budha dengan
persatuan diri dengan jalan mengingat Allah. Salah satu maqamat syufiyah, yaitu al-Fana memiliki persamaan dengan ajaran
tentang nirwana dalam agama Hindu. Menurut Harun Nasution, ajaran nirwana agama
Budha mengajarkan umatnya untuk meninggalkan dunia dan memasuki hidup
kontemplatif. Paham fana’ yang terdapat dalam sufisme hampir serupa dengan paham nirwana.
Terjadi penolakan terhadap pendapat yang mengatakan ilmu kalam berasal dari agama Hindu-Budha. Menurutnya,
pendapat ini terlalu ekstrim. Kalau diterima bahwa ilmu kalam itu berasal dari Hindu-Budha, berarti pada zaman Nabi Muhammad telah
berkembang ajaran Hindu-Budha ke Mekkah. Padahal, sepanjang sejarah belum ada
kesimpulan seperti itu. Jadi dilihat dari
sejarahnya, tidak terdapat kontak kebudaayaan antara ilmu kalam dengan
kebudayaan hindu budha, karena ilmu kalam berssumber dari agama islam.[8]
E.
Bentuk kontak
kebudayaan Arab terhadap Ilmu Kalam
Islam sesungguhnya memiliki konsep
bagaimana berinteraksi dengan budaya-budaya di luar Islam. Islam mempersilahkan
siapapun untuk mengemukakan pandangan-pandangan ataupun melakukan
tindakan-tindakan budaya seperti apapun, asalkan tidak melanggar ketentuan halal-haram,
pertimbangan mashlahat (kebaikan) dan mafsadat (kerusakan), serta prinsip al
Wala` (kecintaan yang hanya kepada Allah dan apa saja yang dicintai Allah) dan
al Bara` (berlepas diri dan membenci dari apa saja yang dibenci oleh Allah),
dimana ketiga prinsip inilah yang menjadi jati diri dan prinsip umat Islam yang
tidak boleh diutak-atik dalam berinteraksi dengan budaya-budaya lain diluar
Islam. Sehingga dari ketiga prinsip ini akan lahir sebuah Kebudayaan Islam,
dimana kebudayaan Islam ini selalu memiliki satu ciri khusus yang tidak
dimiliki oleh budaya dan bangsa manapun diluar Islam, yakni budaya yang
berasaskan Tauhidul `Ibadah Lillahi Wahdah (mempersembahkan segala bentuk
peribadatan hanya kepada Allah). Sehingga selama prinsip-prinsip dan asas
tersebut tidak dilanggar, maka kita dipersilahkan seluas-luasnya untuk
berhubungan ataupun mengambil manfaat dari bangsa-bangsa dan budaya manapun di
luar Islam. Sebab segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini, baik itu sifatnya
ilmu pengetahuan maupun materi (yang selain perkara agama tentunya), itu semua
memang diciptakan oleh Allah untuk kita umat manusia, khususnya kaum muslimin,
walaupun berasal dari orang-orang kafir.
Sebagaimana firman Allah SWT: “Dialah
(Allah), yang telah menciptakan segala yang ada dibumi ini untuk kalian..” (Q.S.
Al Baqarah [2]: 29) Maka sesungguhnya kedudukan budaya Arab itu sama dengan
budaya Persia, Romawi, Melayu, Jawa dan sebagainya di mana budaya-budaya
tersebut adalah pihak yang harus siap dikritik oleh Islam ketika Islam telah
masuk ke negeri-negeri tersebut. Maka tidak benar jika dikatakan Islam (seperti
jilbab, kerudung dan sebagainya) adalah produk budaya Arab. Sebab justru budaya
Arab adalah budaya yang paling pertama dikritik dan dikoreksi oleh Islam
sebelum budaya-budaya yang lainnya. Maka apa saja yang telah diterangkan oleh
Allah dan Rasul-Nya sebagai agama, maka itulah Islam. Sementara segala sesuatu
yang tidak diterangkan oleh Allah dan RasulNya dalam perkara agama, maka itu
bukanlah Islam, meskipun perkara tersebut telah menjadi kebiasaan dan populer
pada masyarakat Arab atau masyarakat Islam yang lainnya. Sebab, Arab tidaklah
sama dengan Islam, dan sebaliknya Islam tidaklah serupa dengan Arab. Akan
tetapi budaya Arab dan budaya-budaya yang lainnya yang mau tunduk kepada Islam,
maka itulah yang pantas dinamakan budaya Islam.[9]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam Tesaurus
Alfabetis bahasa Indonesia kata kontak memiliki pengertian yaitu hubungan,
komunikasi, koneksi, pergesekan, persentuhan, persinggungan, relasi, dan
sambungan. Sedangkan kata budaya memiliki pengertian yaitu merupakan hasil
cipta, rasa, dan karsa manusia. Budaya adalah hasil pikiran manusia. Jika suatu
kelompok masyarakat dengan tipe kebudayaan tertentu memiliki sikap terbuka
dengan kebudayaan lain, maka akan terjadi kontak budaya.
Ilmu kalam
digunakan dalam terjemahan bahasa Arab dari ahli filsafat yunani yang merupakan
alih bahasa daari logos dalam berbagai arti harfiyahnya, seperti word (kata),
reason (akal), dab argumen (pembuktian logika). Istilah ini berkembang menjadi
cabaang khusus ilmu pengetahuan. Akibatnya dikatakan ilmu kalam at-tabi’i (the
physical kalam), sehingga orang yang ahli ilmu alam disebut asbab al-kalam
at-tabi’i.
Sebenarnya Arab dan
Persia memiliki hubungan sejak lama, yaitu pada bidang politik, pemikiran,
kemasyarakatan dan sastra. Namun, belum ditemukan argumentasi kuat yang
menyatakan bahwa kehidupan rohani Persia telah masuk ke tanah Arab. Yang jelas
adalah kehidupan kerohanian Arab masuk ke Persia hingga orang-orang Persia itu
terkenal dengan ahli-ahli tasawuf.
Tasawuf dan ilmu kalam serta kepercayaan agama Hindu memiliki persamaan,
seperti sikap fakir. Kalau diterima bahwa ilmu kalam itu berasal dari Hindu-Budha, berarti pada zaman Nabi Muhammad telah
berkembang ajaran Hindu-Budha ke Mekkah. Padahal, sepanjang sejarah belum ada
kesimpulan seperti itu. Jadi dilihat dari
sejarahnya, tidak terdapat kontak kebudaayaan antara ilmu kalam dengan
kebudayaan hindu budha, karena ilmu kalam berssumber dari agama islam.
Arab tidaklah sama dengan Islam, dan sebaliknya Islam tidaklah serupa
dengan Arab. Akan tetapi budaya Arab dan budaya-budaya yang lainnya yang mau
tunduk kepada Islam, maka itulah yang pantas dinamakan budaya Islam.
B.
Saran
Dalam konteksnya ilmu kalam
mencakup banyak pemaparan ilmu dengan kontak kebudayaanya , Sebagai penutup dari makalah ini, tak luput pula kami
ucapkan ribuan terima kasih pada semua rekan-rekan yang telah banyak membantu
dalam pembuatan makalah ini. Di samping
itu, masih banyak kekurangan serta jauh dari kata kesempurnaan, tetapi
kami semua telah berusaha semaksimal munkin dalam pembutan makalah yang
amat sederhana ini. Maka, dari pada itu . kami semua sangat berharap kepada
semua rekan-rekan untuk memberi kritik atau sarannya, sehingga dalam pembuatan
makalah selanjutnya bisa menjadi yan lebih baik, seperti yang kita harapkan. Tiada
kata yang dapat kami ucapkan, selain rasa terima kasih atas semua motivasi dari
rekan rekan sekalian.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. KH.
Nawawi, M.Ag , Ilmu Kalam dari teosentris menuju antrroposentris, Genius
Media, Malang
http://localhost/inclose/ILmu_kalam_kontak_budaya.persi67.html?//
http://aryaniwings//ilmu-kalam-html?//
http://indiworld//jhiz99/kontak&kebud_ilmu-kalam//
http//wirelesscup//sun_88//ilmu-kalam-hindhu_budha.html?//
[1] Dr. KH. Nawawi, M.Ag , Ilmu Kalam dari teosentris
menuju antrroposentris, Genius Media, Malang, 2014, hal 44-45
[2]
Dr. KH. Nawawi, M.Ag , Ilmu Kalam dari
teosentris menuju antrroposentris, Genius Media, Malang, 2014, hal 45
[3] Dr. KH. Nawawi, M.Ag , Ilmu Kalam dari teosentris
menuju antrroposentris, Genius Media, Malang, 2014, hal 3
[4]
Dr. KH. Nawawi, M.Ag , Ilmu Kalam dari
teosentris menuju antrroposentris, Genius Media, Malang, 2014, hal 44-45
[5]
http://localhost/inclose/ILmu_kalam_kontak_budaya.persi67.htm.diakses.
12/10/2015
[6]
Dr. KH. Nawawi, M.Ag , Ilmu Kalam dari
teosentris menuju antrroposentris, Genius Media, Malang, 2014, hal 67
[7]
http//wirelesscup//sun_88//ilmu-kalam-hindhu_budha.html?//diunduh pada
12/10/2015 pkl 13 : 10
[8]
http://aryaniwings//ilmu-kalam-html//diakses.pada 12/10/2015 12:30
[9]
http://indiworld//jhiz99/kontak&kebud_ilmu-kalam//diakses pd 12/10/2015 pkl
: 13:20
Comments
Post a Comment