Kopi Tasawuf
Kopi adalah minuman khas orang Indonesia. Dinikmati oleh semua orang, baik dari kalangan atas maupun bawah. Di desa saya wedang kopi sering menjadi hidangan bagi tamu. Saat ini ada banyak warung kopi di kota kelahiran saya. Sehingga Tulungagung terkenal melalui warkop dengan kopi ijonya.
Saya kuliah mengambil jurusan Tasawuf dan Psikoterapi di IAIN Tulungagung. Waktu awal belajar tasawuf pasti akan mengenal istilah syariat, tarekat, hakikat dan makrifat. Itulah tahapan yang harus dilewati agar bisa dekat dengan Allah swt. Dalam tulisan ini saya mencoba menjelaskan tahapan diatas secara sederhana dengan menggunakan kata kunci kopi.
Saat kita hendak minum kopi, pertama yang harus dilakukan adalah mengambil gelas, kopi, gula dan air. Tahap pertama ini disebut syariat. Selanjutnya adalah tarekat yakni menuangkan air panas kedalam gelas yang telah diisi gula dan kopi serta diaduk. Rasa pahit atau manis saat minum kopi disebut hakikat. Sedangkan makrifatnya adalah saat kita bisa menikmatinya dengan penuh syukur atas pemberian Allah swt.
Syariat mengajarkan kita bagaimana kita mengabdi pada Allah. Dengan menjalankan perintah dan meninggalkan larangan-Nya. Syariat erat dengan ilmu fiqh yang berisi ajaran-ajaran atau ketentuan dalam Islam. Syariat menuntun manusia agar semakin baik secara moralitas dan etika. Dengan syariat kita tahu cara melakukan kebaikan dan menghindari keburukan. Sehingga kita menjadi semakin mulia dalam menjalani hidup.
Kopi, gula, gelas dan air tidak akan menjadi wedang kopi bila tidak ada upaya membuatnya. Tarekat adalah jalan. Bisa diartikan langkah-langkah atau upaya yang diusahakan agar semakin dekat dengan Allah. Tarekat adalah jalan agar syariat bisa mencapai hakikat. Ada sebuah ungkapan terkenal dari Imam Malik yang berbunyi; "Barang siapa bersyariat (fiqh) tanpa tasawuf (hakikat), maka ia jadi fasik. Barang siapa bertasawuf tanpa syariat, maka ia jadi kafir zindik (kafir secara tidak sadar).”
Kopi tanpa gula rasanya pahit. Dengan ditambahkan gula rasanya berubah manis dan semakin nikmat. Namun gula tak pernah disebut ketika minuman jadi, seperti menyebut wedang gula atau es gula. Adanya disebut wedang kopi atau es teh. Dari sini gula telah mengajarkan keikhlasan. Melakukan sebuah kebaikan (membuat manis) tanpa pamrih. Inilah hakikat.
Hakikat merupakan rasa yang dihasilkan setelah menjalani syariat dan tarekat. Apakah kopi yang dibuat rasanya pahit atau manis tergantung bagaimana proses sebelumnya. Hakikat juga berarti kebenaran tunggal. Yakni meyakini bahwa segala sesuatu berasal dari Allah dan telah ditetapkan ole-Nya.
Adapun makrifat merupakan sikap arif atau bijaksana dalam segala hal. Seorang yang arif mampu bersabar atas penderitaan, bersyukur atas nikmat seadanya dan Allah senantiasa ia hadirkan dalam setiap perbuatannya. Makrifat adalah spiritualitas tingkat tinggi. Ada sebuah ungkapan tentang makrifat, "Barangsiapa mengenal dirinya, ia mengenal Tuhannya".
Terakhir, mari perbanyak ngopi, maksudnya NGOlah PIkir. Selagi kita bisa berpikir berarti masih punya otak. Jangan disia-siakan nikmat ini, berkatnya kita mampu menampung pengetahuan Tuhan. Sehingga menjadi makhluk yang diistimewakan. Alhamdulillah, sruput kopine.
WaAllohu A'lam
Semoga Bermanfaat.
Oleh : Muhammad Fauzi Ridwan
Salakkembang, 25-03-2018
Kopi adalah minuman khas orang Indonesia. Dinikmati oleh semua orang, baik dari kalangan atas maupun bawah. Di desa saya wedang kopi sering menjadi hidangan bagi tamu. Saat ini ada banyak warung kopi di kota kelahiran saya. Sehingga Tulungagung terkenal melalui warkop dengan kopi ijonya.
Saya kuliah mengambil jurusan Tasawuf dan Psikoterapi di IAIN Tulungagung. Waktu awal belajar tasawuf pasti akan mengenal istilah syariat, tarekat, hakikat dan makrifat. Itulah tahapan yang harus dilewati agar bisa dekat dengan Allah swt. Dalam tulisan ini saya mencoba menjelaskan tahapan diatas secara sederhana dengan menggunakan kata kunci kopi.
Saat kita hendak minum kopi, pertama yang harus dilakukan adalah mengambil gelas, kopi, gula dan air. Tahap pertama ini disebut syariat. Selanjutnya adalah tarekat yakni menuangkan air panas kedalam gelas yang telah diisi gula dan kopi serta diaduk. Rasa pahit atau manis saat minum kopi disebut hakikat. Sedangkan makrifatnya adalah saat kita bisa menikmatinya dengan penuh syukur atas pemberian Allah swt.
Syariat mengajarkan kita bagaimana kita mengabdi pada Allah. Dengan menjalankan perintah dan meninggalkan larangan-Nya. Syariat erat dengan ilmu fiqh yang berisi ajaran-ajaran atau ketentuan dalam Islam. Syariat menuntun manusia agar semakin baik secara moralitas dan etika. Dengan syariat kita tahu cara melakukan kebaikan dan menghindari keburukan. Sehingga kita menjadi semakin mulia dalam menjalani hidup.
Kopi, gula, gelas dan air tidak akan menjadi wedang kopi bila tidak ada upaya membuatnya. Tarekat adalah jalan. Bisa diartikan langkah-langkah atau upaya yang diusahakan agar semakin dekat dengan Allah. Tarekat adalah jalan agar syariat bisa mencapai hakikat. Ada sebuah ungkapan terkenal dari Imam Malik yang berbunyi; "Barang siapa bersyariat (fiqh) tanpa tasawuf (hakikat), maka ia jadi fasik. Barang siapa bertasawuf tanpa syariat, maka ia jadi kafir zindik (kafir secara tidak sadar).”
Kopi tanpa gula rasanya pahit. Dengan ditambahkan gula rasanya berubah manis dan semakin nikmat. Namun gula tak pernah disebut ketika minuman jadi, seperti menyebut wedang gula atau es gula. Adanya disebut wedang kopi atau es teh. Dari sini gula telah mengajarkan keikhlasan. Melakukan sebuah kebaikan (membuat manis) tanpa pamrih. Inilah hakikat.
Hakikat merupakan rasa yang dihasilkan setelah menjalani syariat dan tarekat. Apakah kopi yang dibuat rasanya pahit atau manis tergantung bagaimana proses sebelumnya. Hakikat juga berarti kebenaran tunggal. Yakni meyakini bahwa segala sesuatu berasal dari Allah dan telah ditetapkan ole-Nya.
Adapun makrifat merupakan sikap arif atau bijaksana dalam segala hal. Seorang yang arif mampu bersabar atas penderitaan, bersyukur atas nikmat seadanya dan Allah senantiasa ia hadirkan dalam setiap perbuatannya. Makrifat adalah spiritualitas tingkat tinggi. Ada sebuah ungkapan tentang makrifat, "Barangsiapa mengenal dirinya, ia mengenal Tuhannya".
Terakhir, mari perbanyak ngopi, maksudnya NGOlah PIkir. Selagi kita bisa berpikir berarti masih punya otak. Jangan disia-siakan nikmat ini, berkatnya kita mampu menampung pengetahuan Tuhan. Sehingga menjadi makhluk yang diistimewakan. Alhamdulillah, sruput kopine.
WaAllohu A'lam
Semoga Bermanfaat.
Oleh : Muhammad Fauzi Ridwan
Salakkembang, 25-03-2018
Comments
Post a Comment