Jadilah Politikus yang Bijak

Jadilah Politikus yang Bijak

Jujur saya tidak begitu suka dengan politik. Hal ini yang menjadi sebab tulisan ini baru jadi. Ketika seseorang tidak menyukai akan suatu hal, maka akan berdampak pada kemauannya. Kemauan menulis saya menjadi redup. Padahal salah satu kunci sukses dalam menulis adalah memiliki kemauan yang kuat dan terus dijaga.

Awalnya saya mengira politik itu buruk. Dengan adanya tema menulis tentang politik untuk Indonesia, mendorong saya untuk belajar lagi. Ternyata politik itu tak seburuk yang kubayangkan.
Aristoteles dalam teori klasiknya mengatakan bahwa politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Saya setuju dengan teori ini. Hakikat berpolitik adalah untuk kebaikan.

Dalam mewujudkan kebaikan bersama dibutuhkan sosok pemimpin. Pemimpin ini yang akan mengajak dan mengarahkan pada kebaikan. Oleh sebab itu, untuk mengarahkan anggotanya pemimpin mempunyai kekuasaan.

Kekuasaan merupakan salah satu kenikmatan di dunia yang banyak orang berambisi mendapatnya (harta,takhta,wanita). Politik disini juga diartikan sebagai seni untuk mendapatkan atau mempertahankan kekuasaan. Mereka yang mendapatkan kekuasaan (takhta) akan dipandang lebih terhormat. Adanya partai politik juga bertujuan untuk mendapatkan kekuasaan.

Pemegang takhta adalah penentu kebijakan. Seorang pemimpin akan lebih dicintai jika kebijakan yang diberikan dapat diterima seluruh anggotanya. Namun itu tak semudah yang dibayangkan.
Kebijakan adalah perpaduaan antara logika, etika dan estetika. Jika diibaratkan seperti lampu bangjo. Kebenarannya (logika) ketika lampu merah wajib berhenti. Etikanya (kebaikan) harus mematuhi kebenaran tersebut dan menghargai pengguna jalan yang lain. Dengan begitu akan ada estetika (keindahan) berupa keteraturan lalu lintas.
Kesimpulannya seorang politikus yang bijak adalah mereka yang mampu menjadikan kebenaran, kebaikan dan keindahan berjalan bersama-sama.
#Politik_untuk_Indonesia
@bidikmisimenulis
Plosokandang, 14-03-2017

Comments