Terapi Pola Pikir
Oleh : Muhammad Fauzi Ridwan
Mengutip sebuah gagasan dari pak Andrias Harefa bahwa pada hakikatnya semua proses pembelajaran adalah proses menerapi pola pikir. Saya setuju dengan gagasan tersebut. Belajar merupakan sebuah terapi yang menjadikan pola pikir bergerak dinamis. Menjadi semakin berkembang dan bertambah kualitas individu.
Terapi juga diartikan sebagai upaya penyembuhan. Berkaitan dengan hal itu, maka ada objek yang sakit dan membutuhkan terapi agar dapat sembuh dan sehat. Objek tersebut saya fokuskan pada pola pikir individu. Dimana pola pikir yang sakit akan berdampak buruk begitupula sebaliknya. Individu yang sakit pola pikirnya akan mudah pesimis dalam bertindak. Sebaliknya individu yang memiliki pola pikir sehat akan memandang segala sesuatu dengan optimis.
Pola pikir adalah respons emosional manusia dalam mengahadapi problem kehidupan. Ketika menginjak lingkungan alam yang baru, tentunya seseorang akan menghadapi sebuah problem. Contoh saja pada saat memasuki dunia perkuliahan. Problem yang muncul adalah bagaimana seseorang mampu beradaptasi ? menjalani kuliah dengan lancar ? Apakah prodi yang diambil sudah benar ? Bagaimana mampu menyelesaikan tugasnya ? Mampukah bertahan hingga akhir ? Dan berbagai pertanyaan lainnya.
Dalam mengatasi problematika tersebut, pola pikir sedikit demi sedikit harus berevolusi. Tidak mandek, namun mampu bergerak dinamis. Problem perkuliahan tidak akan terselesaikan jika tetap memakai pola pikir anak sekolahan (SMP/SMA). Dari yang dulunya ketika belajar di sekolah hanya monolog atau hanya mendengarkan apa disampaikan guru berevolusi menjadi dialog antara mahasiswa dan dosen. Apabila saat kuliah masih saja berkutat pada pola pikir anak SMA, maka cuma sedikit ilmu yang akan di dapatkan. Sebab menjadi mahasiswa merupakan proses pendewasaan pola pikir, dimana individu mampu bersifat mandiri dalam memperoleh pengetahuan.
Tidak cukup hanya mengandalkan perkuliahan dalam kelas, namun juga belajar dari luar kelas. Seperti belajar kepemimpinan dengan ikut organisasi. Kajian bedah buku, workshop, seminar, pelatihan dan semacamnya. Terbentuknya pola pikir seseorang dipengaruhi oleh buku apa yang dibaca dan siapa teman pergaulannya. Oleh karena itu sangat penting memperbanyak baca buku dan memperluas jaringan. Sehingga terbentuk pola pikir yang berkualitas.
Proses belajar adalah proses terapi pola pikir. Dalam prosesnya saya menawarkan konsep dalam ajaran tasawuf yakni Takholli, Tahalli, dan Tajalli. Tahapan pertama adalah Takholli yang berarti mengosongkan. Maksudnya mengosongkan diri dari perbuatan buruk yang mengganggu belajar. Dengan cara membuang atau melepaskan pelajaran yang tidak berguna dan merugikan. Juga berarti meninggalkan kebiasaan yang menghambat kemajuan. Yakni meninggalkan sikap malas dan pesimis dalam kesehariannya.
Kedua adalah Tahalli yang berarti mengisi kembali. Maksudnya setelah pola pikir dikosongkan dari hal yang buruk, diisi dengan aktivitas kebaikan yang bermanfaat. Tahalli juga berarti berhias, yakni membiasakan diri dengan sikap dan perbuatan yang baik. Tahapan pembiasaan ini akan membentuk sebuah kepribadian. Saat seseorang lebih membiasakan diri pada kebaikan maka akan terbentuk kepribadian baik. Begitupula sebaliknya. Sungguh beruntung bagi orang yang hari ini lebih baik dari pada kemarin. Merugilah bagi yang tetap seperti kemarin dan amat celaka bagi yang lebih buruk. Mari berhijrah.
Terakhir adalah Tajalli yang berarti seseorang yang terbebaskan dari tabir atau penyingkapan. Tajalli juga bermakna pencerahan. Pada tahapan ini seseorang akan mendapatkan kebermaknaan hidup. Jika dikaitkan dengan hierarki Maslow, maka Tajalli berada pada tahap puncaknya yakni aktualisasi diri. Seseorang mampu mendayagunakan potensi yang dimilikinya. Mampu memahami hakikat kehidupan. Terbebas dari penghalang atau tabir, sehingga lebih dekat dengan sang maha Kuasa. Wallahu a'lam bis showab.
Plosokandang, 01-10-2017
Oleh : Muhammad Fauzi Ridwan
Mengutip sebuah gagasan dari pak Andrias Harefa bahwa pada hakikatnya semua proses pembelajaran adalah proses menerapi pola pikir. Saya setuju dengan gagasan tersebut. Belajar merupakan sebuah terapi yang menjadikan pola pikir bergerak dinamis. Menjadi semakin berkembang dan bertambah kualitas individu.
Terapi juga diartikan sebagai upaya penyembuhan. Berkaitan dengan hal itu, maka ada objek yang sakit dan membutuhkan terapi agar dapat sembuh dan sehat. Objek tersebut saya fokuskan pada pola pikir individu. Dimana pola pikir yang sakit akan berdampak buruk begitupula sebaliknya. Individu yang sakit pola pikirnya akan mudah pesimis dalam bertindak. Sebaliknya individu yang memiliki pola pikir sehat akan memandang segala sesuatu dengan optimis.
Pola pikir adalah respons emosional manusia dalam mengahadapi problem kehidupan. Ketika menginjak lingkungan alam yang baru, tentunya seseorang akan menghadapi sebuah problem. Contoh saja pada saat memasuki dunia perkuliahan. Problem yang muncul adalah bagaimana seseorang mampu beradaptasi ? menjalani kuliah dengan lancar ? Apakah prodi yang diambil sudah benar ? Bagaimana mampu menyelesaikan tugasnya ? Mampukah bertahan hingga akhir ? Dan berbagai pertanyaan lainnya.
Dalam mengatasi problematika tersebut, pola pikir sedikit demi sedikit harus berevolusi. Tidak mandek, namun mampu bergerak dinamis. Problem perkuliahan tidak akan terselesaikan jika tetap memakai pola pikir anak sekolahan (SMP/SMA). Dari yang dulunya ketika belajar di sekolah hanya monolog atau hanya mendengarkan apa disampaikan guru berevolusi menjadi dialog antara mahasiswa dan dosen. Apabila saat kuliah masih saja berkutat pada pola pikir anak SMA, maka cuma sedikit ilmu yang akan di dapatkan. Sebab menjadi mahasiswa merupakan proses pendewasaan pola pikir, dimana individu mampu bersifat mandiri dalam memperoleh pengetahuan.
Tidak cukup hanya mengandalkan perkuliahan dalam kelas, namun juga belajar dari luar kelas. Seperti belajar kepemimpinan dengan ikut organisasi. Kajian bedah buku, workshop, seminar, pelatihan dan semacamnya. Terbentuknya pola pikir seseorang dipengaruhi oleh buku apa yang dibaca dan siapa teman pergaulannya. Oleh karena itu sangat penting memperbanyak baca buku dan memperluas jaringan. Sehingga terbentuk pola pikir yang berkualitas.
Proses belajar adalah proses terapi pola pikir. Dalam prosesnya saya menawarkan konsep dalam ajaran tasawuf yakni Takholli, Tahalli, dan Tajalli. Tahapan pertama adalah Takholli yang berarti mengosongkan. Maksudnya mengosongkan diri dari perbuatan buruk yang mengganggu belajar. Dengan cara membuang atau melepaskan pelajaran yang tidak berguna dan merugikan. Juga berarti meninggalkan kebiasaan yang menghambat kemajuan. Yakni meninggalkan sikap malas dan pesimis dalam kesehariannya.
Kedua adalah Tahalli yang berarti mengisi kembali. Maksudnya setelah pola pikir dikosongkan dari hal yang buruk, diisi dengan aktivitas kebaikan yang bermanfaat. Tahalli juga berarti berhias, yakni membiasakan diri dengan sikap dan perbuatan yang baik. Tahapan pembiasaan ini akan membentuk sebuah kepribadian. Saat seseorang lebih membiasakan diri pada kebaikan maka akan terbentuk kepribadian baik. Begitupula sebaliknya. Sungguh beruntung bagi orang yang hari ini lebih baik dari pada kemarin. Merugilah bagi yang tetap seperti kemarin dan amat celaka bagi yang lebih buruk. Mari berhijrah.
Terakhir adalah Tajalli yang berarti seseorang yang terbebaskan dari tabir atau penyingkapan. Tajalli juga bermakna pencerahan. Pada tahapan ini seseorang akan mendapatkan kebermaknaan hidup. Jika dikaitkan dengan hierarki Maslow, maka Tajalli berada pada tahap puncaknya yakni aktualisasi diri. Seseorang mampu mendayagunakan potensi yang dimilikinya. Mampu memahami hakikat kehidupan. Terbebas dari penghalang atau tabir, sehingga lebih dekat dengan sang maha Kuasa. Wallahu a'lam bis showab.
Plosokandang, 01-10-2017
Comments
Post a Comment