GSM - Gerakan Santri Menulis
Oleh : Muhammad Fauzi Ridwan
Menulis sudah menjadi aktivitas pokok dalam sebuah pembelajaran. Baik di sekolah maupun di pondok yang dikenal dengan istilah maknani kitab. Ada sebuah maqolah
العلم صيد و الكتابة قيده # قيد صيودك بالحبال الوثقة
Menulis bagi seorang pencari ilmu diibaratkan dengan berburu, dimana ia mengikat hewan buruannya dengan tali yang kuat. Yakni mengikat ilmu dengan menuliskan dalam catatan dan disimpan dengan baik. Oleh karena itu, sungguh beruntung bagi para pencari ilmu yang banyak memiliki catatan. Sebaliknya sangat rugi bagi yang tidak mendapatkan buruan ataupun membiarkannya terlepas, sebab ia tidak mengikat nya dengan menulis.
Pondok pesantren disebut sebagai miniatur sebuah masyarakat. Santri dapat belajar bermasyarakat dari pergaulannya dengan santri lainnya. Kamar-kamar berjajar seperti hidup bertetangga. Anggota satu kamar adalah satu keluarga. Interaksi sosial dapat mudah terjalin setiap harinya. Lebih dari itu semua, sesungguhnya pondok pesantren adalah pusat peradaban. Sebuah laboratorium pembelajaran. Semua santri yang ada didalamnya mempunyai tujuan yang sama, yakni belajar. Tekad kuat belajar santri menjadi modal utama untuk membangun kemajuan peradaban. Santri mampu berdaya guna, menjadi pribadi yang bermanfaat bagi umat manusia.
Gerakan santri menulis adalah langkah awal mewujudkan kemajuan peradaban. Pondok pesantren merupakan gudangnya ilmu. Banyak kitab-kitab para ulama yang dikaji di dalamnya. Namun perbedaan bahasa kadang masih dijadikan dalih untuk malas belajar. Padahal sesungguhnya persoalan yang sedang dihadapi adalah kurangnya pembiasaan. Membiasakan diri atas suatu hal yang baru tidak serta merta mudah dilakukan. Memulai dari langkah kecil kemudian berkelanjutan adalah cara yang lebih baik untuk dilakukan daripada tidak sama sekali.
Contoh sederhananya adalah menuliskan catatan hasil pengajian kitab dengan mengalih bahasakan kedalam bahasa yang mudah kita pahami. Jika dirasa lebih mudah memahami dengan huruf latin, gunakan itu saja.
Sediakan buku tulis khusus pendamping kitab untuk menuliskan catatan. Kegiatan ini mengarah pada penerjemahan kitab. Dalam praktek mengaji kitab, santri menerjemahkannya yang dikenal istilah maknani kemudian dimuroti. Jika terdapat makna yang bolong, santri diwajibkan nembel kitab. Juga dikenal istilah syawir atau diskusi dan lalaran atau mengingat kembali hafalan. Semua kegiatan tersebut adalah tugas pokok santri dalam tholabul ilmi. Tidak bisa ditawar lagi, harga mati.
Menengok romantisme peradaban Islam di masa lalu, sebuah kemajuan suatu bangsa dilihat dari banyaknya karya yang lahir. Penerjemahan banyak dilakukan oleh para ilmuan, sehingga ilmu pengetahuan menjadi mudah dipahami oleh setiap kalangan. Banyak para ulama yang mengikat ilmu pengetahuannya dengan menulis hingga jadi sebuah kitab berjilid-jilid. Menjadi warisan istimewa yang abadi sepanjang zaman. Namun bagaimana dengan keadaan sekarang? Apakah tradisi menulis hingga membuahkan karya juga ikut diwariskan? Sudah saatnya kita sebagai santri lebih giat lagi berperan nyata membangun kemajuan peradaban. Salah satunya dengan bergerak menuliskan ilmu pengetahuan. Ciptakan sebuah karya, buat romantisme di masa depan.
Lakukan sekarang, tidak boleh ditunda. Menunda-nunda pekerjaan itu menjadi penghambat kemajuan. Menulislah sekarang juga, tulis apapun yang didapatkan saat pengajian dalam sebuah catatan. Kemudian rawat dengan baik catatan tersebut, sebab ingatan mudah lupa dan catatan mengingatkan. Jika catatan sudah terkumpul banyak, bisa dibukukan. Niscaya buku yang ditulis santri akan menjadi amal jariyah dan bermanfaat bagi umat. Contoh pondok pesantren Lirboyo yang santrinya mampu menerbitkan banyak buku terjemahan kitab, juga sebagai kenang-kenangan takhtiman santri.
GSM (Gerakan Santri Menulis) merupakan salah satu kartu kunci kesuksesan santri. Ikhtiar Santri menghadapi tantangan global. Dengan menulis dakwah santri menjadi terekam sepanjang zaman. Abadi dan kebaikannya terus mengalir. Oleh karena itu gerakan santri menulis sangat bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Menulis adalah salah satu tugas pokok santri. Ayo bergerak menulis sekarang juga! Santri keren adalah santri yang punya karya.
Salakkembang, 15-10-2017
Oleh : Muhammad Fauzi Ridwan
Menulis sudah menjadi aktivitas pokok dalam sebuah pembelajaran. Baik di sekolah maupun di pondok yang dikenal dengan istilah maknani kitab. Ada sebuah maqolah
العلم صيد و الكتابة قيده # قيد صيودك بالحبال الوثقة
Menulis bagi seorang pencari ilmu diibaratkan dengan berburu, dimana ia mengikat hewan buruannya dengan tali yang kuat. Yakni mengikat ilmu dengan menuliskan dalam catatan dan disimpan dengan baik. Oleh karena itu, sungguh beruntung bagi para pencari ilmu yang banyak memiliki catatan. Sebaliknya sangat rugi bagi yang tidak mendapatkan buruan ataupun membiarkannya terlepas, sebab ia tidak mengikat nya dengan menulis.
Pondok pesantren disebut sebagai miniatur sebuah masyarakat. Santri dapat belajar bermasyarakat dari pergaulannya dengan santri lainnya. Kamar-kamar berjajar seperti hidup bertetangga. Anggota satu kamar adalah satu keluarga. Interaksi sosial dapat mudah terjalin setiap harinya. Lebih dari itu semua, sesungguhnya pondok pesantren adalah pusat peradaban. Sebuah laboratorium pembelajaran. Semua santri yang ada didalamnya mempunyai tujuan yang sama, yakni belajar. Tekad kuat belajar santri menjadi modal utama untuk membangun kemajuan peradaban. Santri mampu berdaya guna, menjadi pribadi yang bermanfaat bagi umat manusia.
Gerakan santri menulis adalah langkah awal mewujudkan kemajuan peradaban. Pondok pesantren merupakan gudangnya ilmu. Banyak kitab-kitab para ulama yang dikaji di dalamnya. Namun perbedaan bahasa kadang masih dijadikan dalih untuk malas belajar. Padahal sesungguhnya persoalan yang sedang dihadapi adalah kurangnya pembiasaan. Membiasakan diri atas suatu hal yang baru tidak serta merta mudah dilakukan. Memulai dari langkah kecil kemudian berkelanjutan adalah cara yang lebih baik untuk dilakukan daripada tidak sama sekali.
Contoh sederhananya adalah menuliskan catatan hasil pengajian kitab dengan mengalih bahasakan kedalam bahasa yang mudah kita pahami. Jika dirasa lebih mudah memahami dengan huruf latin, gunakan itu saja.
Sediakan buku tulis khusus pendamping kitab untuk menuliskan catatan. Kegiatan ini mengarah pada penerjemahan kitab. Dalam praktek mengaji kitab, santri menerjemahkannya yang dikenal istilah maknani kemudian dimuroti. Jika terdapat makna yang bolong, santri diwajibkan nembel kitab. Juga dikenal istilah syawir atau diskusi dan lalaran atau mengingat kembali hafalan. Semua kegiatan tersebut adalah tugas pokok santri dalam tholabul ilmi. Tidak bisa ditawar lagi, harga mati.
Menengok romantisme peradaban Islam di masa lalu, sebuah kemajuan suatu bangsa dilihat dari banyaknya karya yang lahir. Penerjemahan banyak dilakukan oleh para ilmuan, sehingga ilmu pengetahuan menjadi mudah dipahami oleh setiap kalangan. Banyak para ulama yang mengikat ilmu pengetahuannya dengan menulis hingga jadi sebuah kitab berjilid-jilid. Menjadi warisan istimewa yang abadi sepanjang zaman. Namun bagaimana dengan keadaan sekarang? Apakah tradisi menulis hingga membuahkan karya juga ikut diwariskan? Sudah saatnya kita sebagai santri lebih giat lagi berperan nyata membangun kemajuan peradaban. Salah satunya dengan bergerak menuliskan ilmu pengetahuan. Ciptakan sebuah karya, buat romantisme di masa depan.
Lakukan sekarang, tidak boleh ditunda. Menunda-nunda pekerjaan itu menjadi penghambat kemajuan. Menulislah sekarang juga, tulis apapun yang didapatkan saat pengajian dalam sebuah catatan. Kemudian rawat dengan baik catatan tersebut, sebab ingatan mudah lupa dan catatan mengingatkan. Jika catatan sudah terkumpul banyak, bisa dibukukan. Niscaya buku yang ditulis santri akan menjadi amal jariyah dan bermanfaat bagi umat. Contoh pondok pesantren Lirboyo yang santrinya mampu menerbitkan banyak buku terjemahan kitab, juga sebagai kenang-kenangan takhtiman santri.
GSM (Gerakan Santri Menulis) merupakan salah satu kartu kunci kesuksesan santri. Ikhtiar Santri menghadapi tantangan global. Dengan menulis dakwah santri menjadi terekam sepanjang zaman. Abadi dan kebaikannya terus mengalir. Oleh karena itu gerakan santri menulis sangat bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Menulis adalah salah satu tugas pokok santri. Ayo bergerak menulis sekarang juga! Santri keren adalah santri yang punya karya.
Salakkembang, 15-10-2017
Comments
Post a Comment