Belajar Bersama Bapak Agus Mustofa
Oleh : Muhammad Fauzi Ridwan
Selasa, 21 November 2017 saya berkesempatan untuk ikut belajar bersama bapak Agus Mustofa, penulis buku-buku diskusi tasawuf modern. Dalam sebuah acara bedah buku melawan kematian yang diselenggarakan oleh HMJ-TP. Acara yang luar biasa dan belum tentu diadakan tiap tahunnya. Maka mereka yang hadir dalam acara termasuk orang-orang pilihan yang beruntung.
Bapak Agus Mustofa merupakan lulusan teknik nuklir UGM Yogyakarta. Mengetahui hal tersebut menjadi tamparan bagi saya, sebab saya yang kuliah di jurusan tasawuf belum satupun melahirkan buku bertemakan tasawuf. Dalam profil beliau menulis sejak tahun 2003 - sekarang. Terhitung selama 14 tahun ini beliau telah melahirkan 56 judul buku. Jika dirata-rata empat buku terbit tiap tahunnya. Semoga saya dapat mengikuti jejak beliau dalam berkarya.
Tema yang diangkat dalam acara bedah buku ini adalah kebahagiaan di balik kematian. Pak Agus memulai pemaparannya dengan membahas lima fase kehidupan manusia dengan mengkaji surat Al-Baqarah ayat 28.
كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِٱللَّهِ وَكُنتُمْ أَمْوَٰتًا فَأَحْيَٰكُمْ ۖ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
28. Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia mematikan kamu, lalu Dia menghidupkan kamu kembali. Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan.
Dari kelima fase tersebut juga dijelaskan ayat yang berkaitan.
Fase pertama : QS. Al-Insan ayat 1
Fase kedua : QS. Al-Mukminun ayat 12-14
Fase ketiga : QS. Az-Zumar ayat 42
Fase keempat : QS. Al-Mukminun ayat 15-16
Fase kelima : QS. Al-Baqarah ayat 28
Mulai jelas dari sini bahwa akhir dari kehidupan manusia bukan pada kematian. Bukan pula masuk surga atau neraka. Tujuan akhirnya adalah kembali pada Sang Pencipta. Digambarkan tidak ada kesenangan yang mampu melebihi kesenangan saat berjumpa dengan-Nya. Oleh karena itu para sufi tidak mau melepas cinta kepada-Nya meskipun harus dihukum mati.
Dikisahkan saat sayyidina Ali bin Abi Thalib tertusuk panah. Beliau meminta sahabat untuk mencabut panah tersebut ketika sedang shalat. Seperti yang diketahui bahwa badan (sakitnya) mengikuti tingkat kesadarannya. Saat sedang sholat khusyuk, kesadarannya terfokus hanya pada Allah swt. Dengan demikian tidak terasa sakit.
Bapak Agus Mustofa juga mengajak peserta berfikir, apakah benar seseorang yang memiliki dosa harus dicuci dulu di neraka kemudian baru bisa masuk surga? Apa landasannya?Yang pasti benar adalah akan ada timbangan yang menimbang baik buruknya amal seseorang di dunia. Barangsiapa yang berat timbangan kebaikannya akan beruntung dan merugi apabila ringan (QS. Al-Mukminun ayat 102-103).
Selanjutnya pak Agus menjelaskan perbedaan iman dan taqwa. Kalau iman itu adalah paham, yakin dan berkomitmen. Sedangkan taqwa adalah amalan yang di jalankan. Belum tentu orang yang memiliki iman saja masuk surga. Mereka yang beriman dan bertaqwalah yang pasti masuk surga, tutur beliau.
Tak lupa diakhir sesi saya membeli salah satu buku beliau sebagai bahan belajar lebih lanjut. Mumpung ada diskon buat mahasiswa. Terimakasih atas ilmunya pak, semoga bermanfaat. Terimakasih juga kepada panitia dan pengurus HMJ-TP, kalian luar biasa.
Salakkembang, 23-11-2017
Oleh : Muhammad Fauzi Ridwan
Selasa, 21 November 2017 saya berkesempatan untuk ikut belajar bersama bapak Agus Mustofa, penulis buku-buku diskusi tasawuf modern. Dalam sebuah acara bedah buku melawan kematian yang diselenggarakan oleh HMJ-TP. Acara yang luar biasa dan belum tentu diadakan tiap tahunnya. Maka mereka yang hadir dalam acara termasuk orang-orang pilihan yang beruntung.
Bapak Agus Mustofa merupakan lulusan teknik nuklir UGM Yogyakarta. Mengetahui hal tersebut menjadi tamparan bagi saya, sebab saya yang kuliah di jurusan tasawuf belum satupun melahirkan buku bertemakan tasawuf. Dalam profil beliau menulis sejak tahun 2003 - sekarang. Terhitung selama 14 tahun ini beliau telah melahirkan 56 judul buku. Jika dirata-rata empat buku terbit tiap tahunnya. Semoga saya dapat mengikuti jejak beliau dalam berkarya.
Tema yang diangkat dalam acara bedah buku ini adalah kebahagiaan di balik kematian. Pak Agus memulai pemaparannya dengan membahas lima fase kehidupan manusia dengan mengkaji surat Al-Baqarah ayat 28.
كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِٱللَّهِ وَكُنتُمْ أَمْوَٰتًا فَأَحْيَٰكُمْ ۖ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
28. Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia mematikan kamu, lalu Dia menghidupkan kamu kembali. Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan.
Dari kelima fase tersebut juga dijelaskan ayat yang berkaitan.
Fase pertama : QS. Al-Insan ayat 1
Fase kedua : QS. Al-Mukminun ayat 12-14
Fase ketiga : QS. Az-Zumar ayat 42
Fase keempat : QS. Al-Mukminun ayat 15-16
Fase kelima : QS. Al-Baqarah ayat 28
Mulai jelas dari sini bahwa akhir dari kehidupan manusia bukan pada kematian. Bukan pula masuk surga atau neraka. Tujuan akhirnya adalah kembali pada Sang Pencipta. Digambarkan tidak ada kesenangan yang mampu melebihi kesenangan saat berjumpa dengan-Nya. Oleh karena itu para sufi tidak mau melepas cinta kepada-Nya meskipun harus dihukum mati.
Dikisahkan saat sayyidina Ali bin Abi Thalib tertusuk panah. Beliau meminta sahabat untuk mencabut panah tersebut ketika sedang shalat. Seperti yang diketahui bahwa badan (sakitnya) mengikuti tingkat kesadarannya. Saat sedang sholat khusyuk, kesadarannya terfokus hanya pada Allah swt. Dengan demikian tidak terasa sakit.
Bapak Agus Mustofa juga mengajak peserta berfikir, apakah benar seseorang yang memiliki dosa harus dicuci dulu di neraka kemudian baru bisa masuk surga? Apa landasannya?Yang pasti benar adalah akan ada timbangan yang menimbang baik buruknya amal seseorang di dunia. Barangsiapa yang berat timbangan kebaikannya akan beruntung dan merugi apabila ringan (QS. Al-Mukminun ayat 102-103).
Selanjutnya pak Agus menjelaskan perbedaan iman dan taqwa. Kalau iman itu adalah paham, yakin dan berkomitmen. Sedangkan taqwa adalah amalan yang di jalankan. Belum tentu orang yang memiliki iman saja masuk surga. Mereka yang beriman dan bertaqwalah yang pasti masuk surga, tutur beliau.
Tak lupa diakhir sesi saya membeli salah satu buku beliau sebagai bahan belajar lebih lanjut. Mumpung ada diskon buat mahasiswa. Terimakasih atas ilmunya pak, semoga bermanfaat. Terimakasih juga kepada panitia dan pengurus HMJ-TP, kalian luar biasa.
Salakkembang, 23-11-2017
Comments
Post a Comment