Dino Pasaran

Dino Pasaran

Saat itu aku sedang mengobrol bersama keluarga. Aku bertanya perihal kapan buah pisang yang tumbuh di pekarangan rumah siap dipanen. Bapakku menjawabnya dengan gurauan. "Nek ngetok gedang pas dino sabtu kliwon, mengko Ahad e legi". Sempat aku terkecoh dengan ungkapan legi. Awalnya aku mengira jika memanen pisang pada hari sabtu kliwon, besok buahnya manis (bahasa Jawanya manis adalah legi). Eh, ternyata setelah liat kalender, sehabis sabtu kliwon itu ahad legi. Kami pun tertawa bersama.

Pahing, pon, wage, kliwon, legi merupakan dino pasaran masyarakat Jawa. Peninggalan sejak zaman Indonesia belum merdeka. Warisan budaya bangsa yang patut dijaga kelestariannya. Namun saat ini seakan kehilangan eksistensinya. Seolah-olah terlupakan, terutama pada mereka generasi muda. Silahkan buktikan dengan tanya temenmu, besok itu pasarannya apa?

Jika bertanya pada emak-emak di desa, masih banyak yang hafal. Sebab biasanya setiap pon dan kliwon ada pasar yang dibuka ditepi jalan mulai pagi hari. Emak-emak memanfaatkannya untuk belanja. Ada kepercayaan bahwa ketika berjualan pada hari itu akan mendatangkan banyak keuntungan.

Dino pasaran juga memiliki semacam rumus jitu memprediksi kehidupan. Biasanya ilmu ini dikuasi oleh seorang dukun atau sesepuh. Ia menjadi tempat konsultasi perjodohan atau memilih hari yang baik. Dengan mengaitkan hari lahir lelaki dan perempuan, simbah dukun mampu menebak kehidupan mereka selanjutnya.

Misalnya aku lahir Kamis Kliwon. Menurut perhitungannya kamis 8 kliwon 8 sama dengan 16. Berarti paling cocok dengan perempuan yang lahir pada Ahad legi (5+5=10). Apabila dijumlah menjadi 26, kata simbah berarti Ratu. Maksudnya jodoh banget, diajeni karo tonggo teparo lan wong liyo. Akan tetapi ada juga yang berarti buruk apabila bertemu dengan hari lahir yang tidak cocok dipasangkan. Terlepas percaya ataupun tidak,  kadangkalanya terbukti kebenarannya. Ilmu ini sering disebut primbon Jawa.
WaAllohu A'lam.

Fauzi Ridwan
Salakkembang, 13-03-2018

Comments