Gapuro Pemersatu
Selama seminggu menjelang hari raya, pemuda-pemuda desa Salakkembang kerja malam membuat gapuro. Dipimpin oleh pak RT, semua masyarakat antusias untuk ikut serta. Sebelumnya memang tidak ada rencana untuk mendirikan gapuro, tapi karena kekompakan pemuda akhirnya gapuro dapat terealisasikan.
Membuat gapuro tentunya membutuhkan dana banyak. Sedang hari mendekati idul Fitri, kebutuhan semakin banyak dan tak mungkin untuk menarik iuran masing-masing rumah, karena waktunya mendadak. Kemudian atas inisiatif Pak RT, untuk menggalang iuran seikhlasnya kepada orang-orang yang baru saja pulang lungo (dari luar negeri). Alhamdulillah dana terkumpul dan bisa dibelanjakan kawan-kawan. Mulai dari beli lampu, banner, paku ukuran kecil dan besar serta paku mulutnya juga (rokok).
Entah mengapa pemuda sekarang itu kalau diajak kegiatan berbau religius, tak banyak yang antusias. Contoh saja ketika diajak tadarusan sehabis tarawih , pada mliper dewe-dewe. Alasannya mudah saja, karena sudah lama tidak mengaji malah menjadi minder. Ceritanya habis tamat TPQ, mereka gak pernah mengaji lagi, dan orangtuanya membiarkan begitu saja. Akhirnya keblabasen.
Berangkat dari rumusan masalah, bagaimana supaya pemuda-pemuda desa bisa kompak? Jawaban yang saya dapatkan adalah jika lewat kegiatan agama tidak bisa, maka dicoba dengan melalui kesenian. Seperti halnya yang dilakukan sunan Kalijaga tempo dulu.
Akhirnya pemuda-pemuda dusun Salakan kidul bergerak untuk membuat gapura dengan tujuan menyambut hari kemenangan. Jika dikaitkan dengan pelajaran agama istilahnya memuliakan hari kemenangan. Selain itu sebagai perhormatan bagi tamu yang lewat masuk gang. Dengan tulisan yang terpampang di gapuro, yakni Sugeng Rawuh RT 02 RW 02 Salakkembang Kalidawir Tulungagung dan ucapan selamat hari raya idul Fitri.
Desain gapuro dibentuk dengan nuansa islami, berbentuk kubah masjid. Diatas kubah utama dibuat lafad Allah. Saat malam hari tiba terlihat mencorong lampu led dan gemerlapan lampu hias lainnya. Selain itu masing-masing rumah telah membuat lengkungan bambu yang dikasih lampu hias. Sehingga ketika lwat malam, seperti memasuki lorong kelap kelip. Tampak mempesona dan memanjakan mata.
Gapuro telah mempersatukan pemuda. Semangat gotong royong tumbuh kembali. Saat generasi muda bisa kompak, masa depan desa terlihat cerah. Desaku bisa damai, tak ada permusuhan. Sedikit-sedikit demi sedikit mulai tumbuhlah rasa cinta akan tanah kelahirannya. Saat cinta datang, apapun akan diupayakan agar senantiasa terlihat baik kedepannya.
Semoga sukses bagi kita semua.
Oleh : Fauzi Ridwan
Salakkembang, 25 Juni 2018
Selama seminggu menjelang hari raya, pemuda-pemuda desa Salakkembang kerja malam membuat gapuro. Dipimpin oleh pak RT, semua masyarakat antusias untuk ikut serta. Sebelumnya memang tidak ada rencana untuk mendirikan gapuro, tapi karena kekompakan pemuda akhirnya gapuro dapat terealisasikan.
Membuat gapuro tentunya membutuhkan dana banyak. Sedang hari mendekati idul Fitri, kebutuhan semakin banyak dan tak mungkin untuk menarik iuran masing-masing rumah, karena waktunya mendadak. Kemudian atas inisiatif Pak RT, untuk menggalang iuran seikhlasnya kepada orang-orang yang baru saja pulang lungo (dari luar negeri). Alhamdulillah dana terkumpul dan bisa dibelanjakan kawan-kawan. Mulai dari beli lampu, banner, paku ukuran kecil dan besar serta paku mulutnya juga (rokok).
Entah mengapa pemuda sekarang itu kalau diajak kegiatan berbau religius, tak banyak yang antusias. Contoh saja ketika diajak tadarusan sehabis tarawih , pada mliper dewe-dewe. Alasannya mudah saja, karena sudah lama tidak mengaji malah menjadi minder. Ceritanya habis tamat TPQ, mereka gak pernah mengaji lagi, dan orangtuanya membiarkan begitu saja. Akhirnya keblabasen.
Berangkat dari rumusan masalah, bagaimana supaya pemuda-pemuda desa bisa kompak? Jawaban yang saya dapatkan adalah jika lewat kegiatan agama tidak bisa, maka dicoba dengan melalui kesenian. Seperti halnya yang dilakukan sunan Kalijaga tempo dulu.
Akhirnya pemuda-pemuda dusun Salakan kidul bergerak untuk membuat gapura dengan tujuan menyambut hari kemenangan. Jika dikaitkan dengan pelajaran agama istilahnya memuliakan hari kemenangan. Selain itu sebagai perhormatan bagi tamu yang lewat masuk gang. Dengan tulisan yang terpampang di gapuro, yakni Sugeng Rawuh RT 02 RW 02 Salakkembang Kalidawir Tulungagung dan ucapan selamat hari raya idul Fitri.
Desain gapuro dibentuk dengan nuansa islami, berbentuk kubah masjid. Diatas kubah utama dibuat lafad Allah. Saat malam hari tiba terlihat mencorong lampu led dan gemerlapan lampu hias lainnya. Selain itu masing-masing rumah telah membuat lengkungan bambu yang dikasih lampu hias. Sehingga ketika lwat malam, seperti memasuki lorong kelap kelip. Tampak mempesona dan memanjakan mata.
Gapuro telah mempersatukan pemuda. Semangat gotong royong tumbuh kembali. Saat generasi muda bisa kompak, masa depan desa terlihat cerah. Desaku bisa damai, tak ada permusuhan. Sedikit-sedikit demi sedikit mulai tumbuhlah rasa cinta akan tanah kelahirannya. Saat cinta datang, apapun akan diupayakan agar senantiasa terlihat baik kedepannya.
Semoga sukses bagi kita semua.
Oleh : Fauzi Ridwan
Salakkembang, 25 Juni 2018
Comments
Post a Comment