Kebahagiaan Murid
Momentum lebaran adalah waktu yang tepat untuk saling bermaafan dan memulai babak baru. Salah satu agenda yang sering dilaksanakan masyarakat Indonesia di moment ini adalah reuni dan halal bi halal. Menurut sejarahnya istilah halal bi halal muncul ketika zaman pemerintahan pak Soekarno. Saat itu para elit politik saling berseteru dan saling menyalahkan. Sedang menyalahkan itu haram. Kemudian atas usulan Kyai Wahab Hasbullah perlu diadakannya halal bi halal. Akhirnya mereka bisa bersatu dalam acara silaturahmi bertajuk halal bi halal dengan tujuan saling bermaaf-maafan.
Pada hari Ahad, 24 Juni 2018 saya beserta teman-teman alumni tahun 2014 SMA Islam Sunan Gunung Jati Ngunut juga ikut mengadakan acara halal bi halal dan reuni. Ini sudah ketiga kalinya reuni dilaksanakan. Bertempat di kediaman saudara Ngainuroziqin Trenggalek. Alhamdulillah acara berlangsung lancar dan sukses.
Salah satu moment yang membuat saya dan teman-teman bahagia adalah ketika para dewan guru bisa hadir. Alhamdulillah beliau pak Zamah selaku kepala sekolah dapat hadir dan memberikan nasihat-nasihat kebaikan kepada kami selaku murid-murid beliau. Kebahagiaan tidak cukup soal kehadiran saja, ada yang lebih membahagiakan lagi ketika beliau masih hafal dengan nama-nama muridnya. Padahal kesempatan bertemu jarang sekali didapatkan. Selain hafal, beliau juga masih ingat kisah-kisah baik, nakal, lucu saat kami belajar bersama beliau di SMAI SGJ. Beliau juga tahu sepak terjang beberapa muridnya setelah lulus. Contohnya ada yang jadi perawat, kuliah dimana dan sebagainya.
Saat pak Zamah tiba di lokasi acara reuni, kami pun sungkem satu persatu menyambut kedatangan beliau. Bersamaan sungkem tersebut beliau menyebutkan nama kami. Ketika tiba giliranku beliau menyampaikan: "masih sering nulis zi? dilanjutkan terus nulisnya." Saya pun menjawab "enggeh pak."
Kebahagiaan seorang murid adalah ketika ia masih diingat oleh gurunya. Bukti bahwa murid tersebut masih didoakan sang guru. Doa yang diyakini sebagai penyambung ikatan batin, tetap terjalin kuat. Memunculkan ketenangan bagi jiwa sebab adanya pengakuan sebagai seorang murid yang jika diruntut melalui guru-gurunya hingga sampai diakui sebagai umat kanjeng nabi Muhammad saw.
Murid merasa aman selama manut dawuh e guru. Dan seorang guru yang baik adalah yang sering menasehati muridnya tentang kebaikan. Bukan menghasut kebencian, mengajarkan permusuhan dan memberikan contoh yang buruk pada muridnya. Kembali pada arti guru menurut orang Jawa yakni sosok yang digugu lan ditiru (yang dipercaya dan diikuti).
Semoga guru-guru kita senantisa diberikan kesehatan dan umur yang panjang, rezeki melimpah, berkah manfaat dunia akhirat. Amin.
Oleh : Muhammad Fauzi Ridwan (ipa1)
Salakkembang, 25-06-2018
Momentum lebaran adalah waktu yang tepat untuk saling bermaafan dan memulai babak baru. Salah satu agenda yang sering dilaksanakan masyarakat Indonesia di moment ini adalah reuni dan halal bi halal. Menurut sejarahnya istilah halal bi halal muncul ketika zaman pemerintahan pak Soekarno. Saat itu para elit politik saling berseteru dan saling menyalahkan. Sedang menyalahkan itu haram. Kemudian atas usulan Kyai Wahab Hasbullah perlu diadakannya halal bi halal. Akhirnya mereka bisa bersatu dalam acara silaturahmi bertajuk halal bi halal dengan tujuan saling bermaaf-maafan.
Pada hari Ahad, 24 Juni 2018 saya beserta teman-teman alumni tahun 2014 SMA Islam Sunan Gunung Jati Ngunut juga ikut mengadakan acara halal bi halal dan reuni. Ini sudah ketiga kalinya reuni dilaksanakan. Bertempat di kediaman saudara Ngainuroziqin Trenggalek. Alhamdulillah acara berlangsung lancar dan sukses.
Salah satu moment yang membuat saya dan teman-teman bahagia adalah ketika para dewan guru bisa hadir. Alhamdulillah beliau pak Zamah selaku kepala sekolah dapat hadir dan memberikan nasihat-nasihat kebaikan kepada kami selaku murid-murid beliau. Kebahagiaan tidak cukup soal kehadiran saja, ada yang lebih membahagiakan lagi ketika beliau masih hafal dengan nama-nama muridnya. Padahal kesempatan bertemu jarang sekali didapatkan. Selain hafal, beliau juga masih ingat kisah-kisah baik, nakal, lucu saat kami belajar bersama beliau di SMAI SGJ. Beliau juga tahu sepak terjang beberapa muridnya setelah lulus. Contohnya ada yang jadi perawat, kuliah dimana dan sebagainya.
Saat pak Zamah tiba di lokasi acara reuni, kami pun sungkem satu persatu menyambut kedatangan beliau. Bersamaan sungkem tersebut beliau menyebutkan nama kami. Ketika tiba giliranku beliau menyampaikan: "masih sering nulis zi? dilanjutkan terus nulisnya." Saya pun menjawab "enggeh pak."
Kebahagiaan seorang murid adalah ketika ia masih diingat oleh gurunya. Bukti bahwa murid tersebut masih didoakan sang guru. Doa yang diyakini sebagai penyambung ikatan batin, tetap terjalin kuat. Memunculkan ketenangan bagi jiwa sebab adanya pengakuan sebagai seorang murid yang jika diruntut melalui guru-gurunya hingga sampai diakui sebagai umat kanjeng nabi Muhammad saw.
Murid merasa aman selama manut dawuh e guru. Dan seorang guru yang baik adalah yang sering menasehati muridnya tentang kebaikan. Bukan menghasut kebencian, mengajarkan permusuhan dan memberikan contoh yang buruk pada muridnya. Kembali pada arti guru menurut orang Jawa yakni sosok yang digugu lan ditiru (yang dipercaya dan diikuti).
Semoga guru-guru kita senantisa diberikan kesehatan dan umur yang panjang, rezeki melimpah, berkah manfaat dunia akhirat. Amin.
Oleh : Muhammad Fauzi Ridwan (ipa1)
Salakkembang, 25-06-2018
Comments
Post a Comment