Menjadi Seorang Pemenang
Oleh : Fauzi Rudwan
Bejo, seorang pemuda yang lahir di desa kecil dibawah pegunungan kidul. Ia anak petani yang hidup pas-pasan. Semuanya serba dicukup-cukupkan agar kebutuhannya dapat terpenuhi. Jika dikategorikan berdasarkan kepemilikan harta, bisa dibilang miskin atau kurang mampu.
Meski demikian, Bejo sangat bersyukur terlahir dari orangtua yang giat. Baik dalam beribadah maupun bekerja. Saat kecil ia sering disemak mengaji Al-Quran bersama emaknya. Juga diajak membantu ke sawah bersama bapaknya. Dari rutinitas interaksi bersama kedua orangtuanya inilah menjadikan si Bejo lebih mandiri dan dewasa mentalnya. Ia mengerti akan kondisi keluarganya, jika menginginkan sesuatu tentu perlu kerja keras untuk membelinya. Bukan dengan merengek ataupun mengancam akan mogok sekolah jika tidak dituruti keinginannya.
Saat itu Bejo menginginkan HP, agar bisa seperti teman-temannya. Ketika disampaikan keinginan tersebut pada orang tuanya tidak simsalabim langsung dikabulkan. Sang emak menasehatinya, "Sabar nak, Saiki gung duwe duit, ngenteni panen. Mengko nek wes panen, sampeyan ewangi nyambut gawe neng sawah. Hasil e keno gawe tumbas" Jawab Bejo, "enggeh Mak".
Terlahir dari keluarga miskin memang tidak bisa ditolak. Namun manusia diberikan pilihan untuk mengambil sikap atas takdir yang dihadapinya. Itulah yang terpenting dan sangat dibutuhkan untuk menjadi seorang pemenang. Seperti cerita Bejo diatas, ia telah menjadi pemenang. Bejo mampu mengambil sikap positif untuk menjalani kehidupannya. Tidak menyalahkan keadaan, tapi memikirkan rencana agar mampu merubah keadaan.
Plosokandang, 07-03-2018
Oleh : Fauzi Rudwan
Bejo, seorang pemuda yang lahir di desa kecil dibawah pegunungan kidul. Ia anak petani yang hidup pas-pasan. Semuanya serba dicukup-cukupkan agar kebutuhannya dapat terpenuhi. Jika dikategorikan berdasarkan kepemilikan harta, bisa dibilang miskin atau kurang mampu.
Meski demikian, Bejo sangat bersyukur terlahir dari orangtua yang giat. Baik dalam beribadah maupun bekerja. Saat kecil ia sering disemak mengaji Al-Quran bersama emaknya. Juga diajak membantu ke sawah bersama bapaknya. Dari rutinitas interaksi bersama kedua orangtuanya inilah menjadikan si Bejo lebih mandiri dan dewasa mentalnya. Ia mengerti akan kondisi keluarganya, jika menginginkan sesuatu tentu perlu kerja keras untuk membelinya. Bukan dengan merengek ataupun mengancam akan mogok sekolah jika tidak dituruti keinginannya.
Saat itu Bejo menginginkan HP, agar bisa seperti teman-temannya. Ketika disampaikan keinginan tersebut pada orang tuanya tidak simsalabim langsung dikabulkan. Sang emak menasehatinya, "Sabar nak, Saiki gung duwe duit, ngenteni panen. Mengko nek wes panen, sampeyan ewangi nyambut gawe neng sawah. Hasil e keno gawe tumbas" Jawab Bejo, "enggeh Mak".
Terlahir dari keluarga miskin memang tidak bisa ditolak. Namun manusia diberikan pilihan untuk mengambil sikap atas takdir yang dihadapinya. Itulah yang terpenting dan sangat dibutuhkan untuk menjadi seorang pemenang. Seperti cerita Bejo diatas, ia telah menjadi pemenang. Bejo mampu mengambil sikap positif untuk menjalani kehidupannya. Tidak menyalahkan keadaan, tapi memikirkan rencana agar mampu merubah keadaan.
Plosokandang, 07-03-2018
Comments
Post a Comment