Penulis GoBlog

Penulis GoBlog

Oleh: Fauzi Ridwan

Istilah GoBlog (bahasa Jawa) memiliki arti bodoh atau bisa juga berarti orang yang tidak tahu. Uniknya ketika saya kuliah, istilah tersebut bisa diplesetkan. Go dalam bahasa Inggris berarti pergi dan Blog yakni blog, atau blogger internet. Lengkap goblog = pergi ke blog. Hal ini disampaikan oleh guru dan inspirator menulis saya, beliau bapak Dr. Ngainun Naim.

Berkat virus literasi beliau, saya menjadi penulis goblog. Bermula dari tugas kuliah yang mengharuskan posting di blog, hingga akhirnya sedikit demi sedikit menyukai tulis menulis. Alhamdulillah terhitung dari tahun 2016 mulai sekarang sudah punya 100 catatan. Meski tak banyak, setidaknya sudah tersimpan rapi. Harapan ke depannya semoga terus bertambah dan dapat terbukukan.

Beberapa hari yang lalu, saya diminta mengisi acara majalah Madani pondok Ngunut. Padahal saya penulis goblog, belum tahu apa-apa, kok diminta ngisi acara. Pengalaman di kepenulisan juga masih sedikit, sudah diminta memotivasi santri agar giat menulis. Ya, meski modalnya sedikit, saya coba untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan berharga tersebut.

Pikiran saya sederhana, saat tidak berani memulai hal baru (mengisi acara), saya tidak akan pernah bisa. Maka saya iyakan tawaran mengisi acara tersebut. Saya yakin kalau sudah berani memulai, selanjutnya akan menjadi terbiasa.

Sebelumnya saya sempat bimbang, dalam hati berkata "lha wong nuturi awake dewe ae ugung iso, kok arep nuturi wong liyo". Saya hiraukan kebimbangan itu. Pada intinya selagi ada manfaat yang bisa diambil, saya jalani.

Alhamdulillah acara berlangsung lancar. Acara bertajuk mantra, majelis ngaji sastra. Pada waktu itu, mengangkat tema tentang sastra dan macamnya. Sedikit saya coba jelaskan mengenai puisi, pantun dan sedikit motivasi menulis. Saya coba yakinkan bahwa santri bisa menulis dan menulis itu mudah. Kehadiran para santri diacara sudah menunjukkan niat dan minat mereka di dunia kepenulisan. Modal utama sudah dimiliki, tinggal mewadahi dan mengarahkan.

Sehabis pemaparan materi, semua santri saya beri waktu untuk menulis sastra. Pelatihan menulis tanpa ada karya tulis akan sia-sia saja. Menulis adalah praktik, semakin giat menulis akan semakin terampil. Beberapa dari mereka saya pilih dan diminta untuk menampilkannya di depan. Karya-karya mereka sungguh menarik. Ditengah keterbatasan fasilitas di pondok, saat mereka mampu Istiqomah menulis, saya yakin akan menjadi penulis hebat. Semoga bermula dari karya pertama yang dibuat saat acara, dapat berlanjut  hingga terbit karya-karya selanjutnya. Amin.

Terakhir, sehabis acara mantra, tumbuhlah motivasi baru agar saya terus menulis. Sebab saya akan semakin malu, saat sudah meminta santri untuk menulis, lha kok malah menjadi contoh yang buruk. Dan saya akan sangat senang apabila kita semua memiliki karya bersama.

Haturnuwun.
Salam Literasi
Ngunut, 16-07-2018

Comments