Jejak Spiritual Kliwon #02
Spirit Iqra': Tadarus Al-Qur'an
Oleh: Muhammad Fauzi Ridwan
Lantunan ayat-ayat suci Al-Quran terdengar merdu dari setiap bilik-bilik musholla. Suara nyaring dari bocah-bocah TPQ yang sedang tadarus memikat Kliwon untuk menghampirinya. Saat itu sedang ramai-ramainya mereka bergiliran membaca menggunakan mikrofon. Sedang yang lainnya menyimak.
Shodaqoullohul'adzim, selesai tadarus Kliwon mengajak bocah-bocah TPQ itu mengobrol.
"Adek-adek aku perhatikan setiap hari tambah semangat tadarusnya, rahasianya apa?", Kliwon mengawali obrolannya.
"Hehe... mas Kliwon bisa aja. Rahasianya cuma satu mas, manut dawuh e pak guru" jawab salah seorang dari mereka dengan polosnya.
"Emangya dawuh e pak guru gimana dek?", tanya Kliwon dengan penuh rasa penasaran.
"Pak guru dawuh, Yen kepengin ilmu ngaji Al-Quran ingkang sampeyan pelajari wonten TPQ mriki saget manfaat, Amalno! Ojo bubar tamat TPQ, Ngajine Al-Qur'an yo melu bubar. Ngaji iku terus sampek mati. Iling-ilingen ngaji iku saget ngresik i ati. Nek uripmu dirasakne panggah susah ae, iso ugo ngajimu sik kurang. Menawi sregep ngaji, atine dewe bakal e anteng lan wong tuo loro yo melu bungah."
Nasihat tersebut oleh mereka disimpan rapi dalam sebuah catatan kecil. Sewaktu-waktu mereka lupa, catatan tersebut dapat mengingatkan. Dijadikan pula cacatan tersebut pembatas baca dalam Al-Qur'an. Terlihat catatan itu sudah sampai pada akhir juz delapan di malam kedua ramadan. Jika demikian selama bulan Ramadan mereka tidak hanya cukup khatam satu kali saja, namun berusaha berkali-kali.
Tiba-tiba Kliwon teringat akan sebuah kisah tentang keutamaan membaca Al-Qur'an. Al kisah ada seorang murid yang bertanya pada gurunya.
"Pak Guru, apa gunanya rutin membaca Al-Qur'an kalau tidak paham maknanya?"
Mendengar pertanyaan tersebut pak guru tersenyum. Kemudian si murid tadi disuruh mengisi jeding (kolam air) menggunakan tompo (wadah yang terbuat dari anyaman bambu).
"Ambillah air dari danau di seberang sana menggunakan tompo di gudang itu, isikan air tersebut pada jeding ini sampai penuh. Setelah itu baru pak Guru menjawab pertanyaanmu."
Bergegaslah si murid mengambil air tersebut. Namun karena alat yang digunakan terbuat dari anyaman bambu, airnya jadi berkurang setelah tiba di jeding. Air di tompo merembas jatuh dan berceceran di jalan yang dilewati si murid. Berkali-kali ia melakukannya hingga tugas tersebut selesai dan kemudian si murid menghadap pak guru lagi.
"Bagaimana nak?" tanya pak guru.
"Sudah selesai pak."
"Sini duduk dulu, sambil di minum kopinya".
Sruputtt... setelah minum kopi kemudian pak guru menjawab pertanyaan murid.
"Begini, sekarang perhatikan tompo yang kamu ambil dari gudang itu. Sebelumnya tompo itu kotor, berkat sering kamu pakai mengambil air, sekarang menjadi bersih seperti baru. Seperti halnya sampeyan sering tadarus Al-Qur'an, maka hati sampeyan akan menjadi bersih. Meskipun air ditompo tak bisa memenuhi jeding secara langsung. Meskipun sampeyan belum mengerti maknanya."
Iqra' itu ada tingkatkannya. Kalau sampeyan sudah lancar baca jilid, baru boleh dilanjutkan baca Al-Qur'an. Kalau sudah lancar baca Al-Qur'an, sedikit-sedikit mulai belajar isi kandungannya. Belajar itu ada tahapanya, jangan melopat (dilewati salah satunya). Dan yang terpenting belajar itu harus ada gurunya.
Selain itu perhatikan dimana airmu tadi jatuh. Berkatmu tanaman yang ada di jalan yang sering kamu lewati menjadi subur. Bunga dan daunnya terlihat segar. Seperti halnya sampeyan sering tadarus Al-Qur'an, orang-orang disekitar sampeyan menjadi bungah, terutama kedua orangtuamu.
Gubrak... suara pintu tertiup angin mengagetkan Kliwon hingga tersadar dari lamunannya. Tak terasa waktu sudah semakin larut dan bocah-bocah TPQ sudah lebih dahulu pulang. Meninggalkan Kliwon dalam kesendirianya memaknai pelajaran yang didapatkan hari ini.
Salakkembang, 19-05-2018
03-Ramadan-1439
Spirit Iqra': Tadarus Al-Qur'an
Oleh: Muhammad Fauzi Ridwan
Lantunan ayat-ayat suci Al-Quran terdengar merdu dari setiap bilik-bilik musholla. Suara nyaring dari bocah-bocah TPQ yang sedang tadarus memikat Kliwon untuk menghampirinya. Saat itu sedang ramai-ramainya mereka bergiliran membaca menggunakan mikrofon. Sedang yang lainnya menyimak.
Shodaqoullohul'adzim, selesai tadarus Kliwon mengajak bocah-bocah TPQ itu mengobrol.
"Adek-adek aku perhatikan setiap hari tambah semangat tadarusnya, rahasianya apa?", Kliwon mengawali obrolannya.
"Hehe... mas Kliwon bisa aja. Rahasianya cuma satu mas, manut dawuh e pak guru" jawab salah seorang dari mereka dengan polosnya.
"Emangya dawuh e pak guru gimana dek?", tanya Kliwon dengan penuh rasa penasaran.
"Pak guru dawuh, Yen kepengin ilmu ngaji Al-Quran ingkang sampeyan pelajari wonten TPQ mriki saget manfaat, Amalno! Ojo bubar tamat TPQ, Ngajine Al-Qur'an yo melu bubar. Ngaji iku terus sampek mati. Iling-ilingen ngaji iku saget ngresik i ati. Nek uripmu dirasakne panggah susah ae, iso ugo ngajimu sik kurang. Menawi sregep ngaji, atine dewe bakal e anteng lan wong tuo loro yo melu bungah."
Nasihat tersebut oleh mereka disimpan rapi dalam sebuah catatan kecil. Sewaktu-waktu mereka lupa, catatan tersebut dapat mengingatkan. Dijadikan pula cacatan tersebut pembatas baca dalam Al-Qur'an. Terlihat catatan itu sudah sampai pada akhir juz delapan di malam kedua ramadan. Jika demikian selama bulan Ramadan mereka tidak hanya cukup khatam satu kali saja, namun berusaha berkali-kali.
Tiba-tiba Kliwon teringat akan sebuah kisah tentang keutamaan membaca Al-Qur'an. Al kisah ada seorang murid yang bertanya pada gurunya.
"Pak Guru, apa gunanya rutin membaca Al-Qur'an kalau tidak paham maknanya?"
Mendengar pertanyaan tersebut pak guru tersenyum. Kemudian si murid tadi disuruh mengisi jeding (kolam air) menggunakan tompo (wadah yang terbuat dari anyaman bambu).
"Ambillah air dari danau di seberang sana menggunakan tompo di gudang itu, isikan air tersebut pada jeding ini sampai penuh. Setelah itu baru pak Guru menjawab pertanyaanmu."
Bergegaslah si murid mengambil air tersebut. Namun karena alat yang digunakan terbuat dari anyaman bambu, airnya jadi berkurang setelah tiba di jeding. Air di tompo merembas jatuh dan berceceran di jalan yang dilewati si murid. Berkali-kali ia melakukannya hingga tugas tersebut selesai dan kemudian si murid menghadap pak guru lagi.
"Bagaimana nak?" tanya pak guru.
"Sudah selesai pak."
"Sini duduk dulu, sambil di minum kopinya".
Sruputtt... setelah minum kopi kemudian pak guru menjawab pertanyaan murid.
"Begini, sekarang perhatikan tompo yang kamu ambil dari gudang itu. Sebelumnya tompo itu kotor, berkat sering kamu pakai mengambil air, sekarang menjadi bersih seperti baru. Seperti halnya sampeyan sering tadarus Al-Qur'an, maka hati sampeyan akan menjadi bersih. Meskipun air ditompo tak bisa memenuhi jeding secara langsung. Meskipun sampeyan belum mengerti maknanya."
Iqra' itu ada tingkatkannya. Kalau sampeyan sudah lancar baca jilid, baru boleh dilanjutkan baca Al-Qur'an. Kalau sudah lancar baca Al-Qur'an, sedikit-sedikit mulai belajar isi kandungannya. Belajar itu ada tahapanya, jangan melopat (dilewati salah satunya). Dan yang terpenting belajar itu harus ada gurunya.
Selain itu perhatikan dimana airmu tadi jatuh. Berkatmu tanaman yang ada di jalan yang sering kamu lewati menjadi subur. Bunga dan daunnya terlihat segar. Seperti halnya sampeyan sering tadarus Al-Qur'an, orang-orang disekitar sampeyan menjadi bungah, terutama kedua orangtuamu.
Gubrak... suara pintu tertiup angin mengagetkan Kliwon hingga tersadar dari lamunannya. Tak terasa waktu sudah semakin larut dan bocah-bocah TPQ sudah lebih dahulu pulang. Meninggalkan Kliwon dalam kesendirianya memaknai pelajaran yang didapatkan hari ini.
Salakkembang, 19-05-2018
03-Ramadan-1439
Comments
Post a Comment