Spirit Senang Sambut Ramadan

Jejak Spiritual Kliwon #01

Spirit Senang Sambut Ramadan

Oleh : Muhammad Fauzi Ridwan

"Ramadanmu hanya menghasilkan lelah, jika rasa senangmu tidak engkau hadirkan didalamnya." Begitulah nasihat yang diberikan sang kakek pada Kliwon pada saat selesai jama'ah sholat tarawih malam itu.

Kliwon, seorang bocah yang senantiasa belajar untuk memenuhi rasa ingin tahunya akan segala hal dalam kehidupan. Ia berguru pada siapa saja, baik dari yang muda atau tua. Siapapun adalah guru baginya, tidak peduli usia maupun jabatan. Saat ia belum mengerti, tak ragu langsung bertanya hingga menemukan jawaban. Kemudian dengan perenungan Kliwon mencoba memahami maksud dari berbagai jawaban yang ada. Akhirnya ia dapat menemukan makna dalam setiap aktivitas kehidupan.

Di malam Ramadan pertamanya, Kliwon bertemu dengan kakek yang begitu semangat berjama'ah sholat tarawih. Wajah kakek berseri-seri dan tak terlihat kelelahan. Meski sebenarnya usia sudah lanjut usia, semangatnya tak kalah dengan yang muda. "Shollu'alahi ya Rasulullah", suara kakek masih terdengar lantang saat menjawab Bilal tarawih. Seusai sholat jama'ah Kliwon menghampiri kakek dan mengobrol dengannya.

Kek, panjenengan saya perhatikan paling semangat saat jama'ah tadi, apa tidak lelah? Tanya Kliwon.

Tidak won, apapun aktivitasnya saat kita merasa senang melakukannya akan menjadi ringan dan mudah. Kakek sangat senang akan datangnya bulan ramadan. Diriwayatkan bahwa Ramadan adalah bulan penuh rahmat, magfiroh (ampunan), terbebas dari siksa neraka dan apapun ibadah yang dilakukan akan mendapatkan pahala berlipat-lipat.

Maka kesempatan kakek yang hari ini masih berjumpa Ramadan tak boleh disia-siakan. Ayo won, kamu juga harus semangat. Kamu masih muda, isi masa mudamu dengan kegiatan yang berguna. Mari jadikan Ramadan tahun ini lebih baik dari kemarin. Hingga akhirnya kita bisa mencapai puncak kemenangan, yakni menjadi pribadi yang lahir kembali/suci (fitrah). Jawab kakek seperti seorang ustad yang mengisi kultum Ramadan.

Kliwon mengangguk membenarkan perkataan Kakek bahwa segala aktivitas apapun itu apabila dilakukan dengan rasa senang maka tidak akan terasa berat. Kalau sudah senang atau suka akan sesuatu, tentu tak ingin jauh darinya. Rasa senang akan menghapus keluhan. Ibarat meski harus mendaki ribuan gunung dan menyebrangi ratusan samudra, asalkan bisa bertemu denganmu, akan aku lakukan. Mengeluh tidak ada gunanya. Hanya dirimu yang ada dalam benak pikirku dan hendak aku tuju.

Jika rasa senang tidak dihadirkan dalam setiap ibadah  (misalnya sholat) apa bedanya dengan olahraga. Yang cuma gerak badan dan lisan. Maka yang diperolehnya cuma keringat kelelahan. Oleh karena itu, dalam setiap ibadah penting untuk menyertakan olah rasa. Rasa senang menghadap Tuhan. Rasa syukur akan karunia-Nya. Rasa takut akan murka-Nya. Rasa ikhlas serta senantiasa mengharap ridho-Nya. Dari hadirnya rasa senang dalam setiap ibadah, jiwa akan merasa tenang. Logikanya orang yang sudah senang pasti tenang. Orang yang berpikiran susah pasti bakal ribet. Begitulah, kemudian Kliwon tersadar dari lamunannya. Segera ia ambil air wudhu dan memulai tadarus Al-Quran menyusul si Kakek yang telah dahulu memulainya.

Marhaban ya Ramadan. Raut wajah berseri-seri dengan senyum yang merekah menggambarkan rasa senangnya Kliwon akan datangnya bulan penuh rahmat ini. Tidak cukup dengan itu, ia menjadi lebih rajin dan tekun beribadah. Rajin tadarus Al-Quran dan bersedekah. Kesenangan Kliwon diwujudkannya dengan semakin giat ia meraup pahala sebanyak-banyaknya. Apabila Ramadan diibaratkan dengan sirkuit balapan. Kliwon akan berusaha menjadi yang terdepan dan memenangkan balapan itu dengan hasil yang terbaik. Fastabiqul khairat.

Salakkembang, 17-05-2018
01-Ramadan-1439

Comments