Tak Boleh Berhenti Menulis

Tak Boleh Berhenti Menulis

Oleh : Muhammad Fauzi Ridwan

Alhamdulillah kemarin saya diberikan kesempatan lagi untuk kembali menimba ilmu bersama Dr. Ngainun Naim M.HI dalam acara workshop Festival Bonorowo Menulis 2. Beliau memaparkan materi tentang menyusun karya tulis ilmiah. Lebih dari itu motivasi-motivasi menulis banyak saya dapatkan selama pertemuan tersebut.

Mengawali workshop, pak Naim menyampaikan bahwa dunia menulis itu sunyi. Dikatakan demikian sebab masih menjadi minoritas. Tak heran jika seorang penulis disebut makhluk langka yang perlu dilestarikan.

Selanjutnya beliau juga memaparkan bahwa di kampus ada tiga kegiatan pokok yang wajib dilakukan mahasiswa. Yaitu membaca, menulis dan diskusi. Tiga kegiatan ini diharapkan menjadi Habitus bagi setiap mahasiswa. Ketika ketiganya sudah menjadi kebiasaan, maka proses perkuliahan akan membuahkan hasil. Buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau masih saja tidak suka membaca, menulis dan berdiskusi?

Ada satu catatan dari penyampaian beliau yang mengena pada diri saya. "Sekali tidak melakukan (menulis/membaca) hari ini, besoknya bisa dipastikan berhenti." Dari sini dapat digaris bawahi bahwa menulis atau membaca itu yang sulit Istiqomahnya. Habis dapat workshop biasanya tambah semangat lagi menulis setiap hari. Namun ketika ia malas menulis hari ini, yang sering terjadi besoknya akan berhenti menulis.

Sesungguhnya menulis itu menjaga ritme. Oleh karena itu, saya buat judul status ini tak boleh berhenti menulis. Hingga akhirnya sampai punya rasa tidak enak ketika setiap hari tidak menulis. Seperti halnya orang yang sudah terbiasa suka membaca Al-Quran, ketika tidak melakukannya seakan menjadikan ia memiliki penyesalan. Semoga semangat menulis kita semua terus membara, senantiasa menebarkan manfaat ke muka bumi.

Salam Literasi
Salakkembang, 24 Oktober 2017

Comments