Tentang Membaca
Oleh : Muhammad Fauzi Ridwan
Membaca bukan untuk mereka yang pernah sekolah saja. Semua orang berhak membaca. Siapapun itu orangnya, tak peduli status ataupun pangkatnya. Membaca adalah cara agar seseorang menjadi tahu. Dengan demikian boleh jadi mereka yang enggan membaca adalah mereka yang tidak mau tahu. Sungguh termasuk bodoh orang yang tidak mau tahu itu.
Secara nyata sudah ditegaskan Al-Quran pada ayat yang pertama kali turun adalah perintah membaca. Dengan membaca akan turun hidayah. Petunjuk untuk senantiasa berbenah diri menjadi lebih baik. Membaca mampu meningkatkan dan menyempurnakan kualitas diri. Tentunya membaca yang dilakukan tidak sekali dua kali, namun kontinyu.
Sayangnya dulu yang saya alami ketika sekolah dasar, tidak begitu diajari untuk mencintai membaca. Kegiatan belajar terpaku pada lembar kerja siswa (LKS). Tugas pekerjaan rumah (PR) selalu diberikan tiap harinya. Sehingga secara tidak langsung saat belajar hanya untuk memenuhi tuntutan tugas PR yang harus selesai. Tak heran jika suatu hari tidak ada PR, saya sangat begitu senang. Kesenangan ini yang kemudian membuat terlena. Kemudian muncul pemikiran bahwa saya hanya belajar ketika ada tugas saja.
Pemikiran itu terus berlanjut hingga saya bertemu sosok teladan yang membuatku mencintai membaca. Saya tersadarkan bahwa arti penting membaca bukan sekadar untuk menyelesaikan tugas sekolah, namun lebih dari itu. Mulai dari sinilah saya senang dengan buku. Tiap bulan sebisa mungkin membeli satu buku dan ketika ada bazar buku murah selalu merapat. Saya memiliki keinginan untuk membuat perpustakaan di rumah. Sedikit sesal kenapa tidak dari kecil aku mencintai buku dan membaca. Tapi tidak apa-apa, bukankah tidak ada kata terlambat untuk berbenah? Selagi kesadaran ini masih ada, saya akan berusaha untuk merawat kesadaran tersebut. Bismillah.
Pendidikan sukses bukan ketika murid mampu menyelesaikan yang diatas kertas, namun murid mampu merealisasikan pengetahuan yang diperolehnya dengan aksi nyata.
Salakkembang, 24-11-2017
Oleh : Muhammad Fauzi Ridwan
Membaca bukan untuk mereka yang pernah sekolah saja. Semua orang berhak membaca. Siapapun itu orangnya, tak peduli status ataupun pangkatnya. Membaca adalah cara agar seseorang menjadi tahu. Dengan demikian boleh jadi mereka yang enggan membaca adalah mereka yang tidak mau tahu. Sungguh termasuk bodoh orang yang tidak mau tahu itu.
Secara nyata sudah ditegaskan Al-Quran pada ayat yang pertama kali turun adalah perintah membaca. Dengan membaca akan turun hidayah. Petunjuk untuk senantiasa berbenah diri menjadi lebih baik. Membaca mampu meningkatkan dan menyempurnakan kualitas diri. Tentunya membaca yang dilakukan tidak sekali dua kali, namun kontinyu.
Sayangnya dulu yang saya alami ketika sekolah dasar, tidak begitu diajari untuk mencintai membaca. Kegiatan belajar terpaku pada lembar kerja siswa (LKS). Tugas pekerjaan rumah (PR) selalu diberikan tiap harinya. Sehingga secara tidak langsung saat belajar hanya untuk memenuhi tuntutan tugas PR yang harus selesai. Tak heran jika suatu hari tidak ada PR, saya sangat begitu senang. Kesenangan ini yang kemudian membuat terlena. Kemudian muncul pemikiran bahwa saya hanya belajar ketika ada tugas saja.
Pemikiran itu terus berlanjut hingga saya bertemu sosok teladan yang membuatku mencintai membaca. Saya tersadarkan bahwa arti penting membaca bukan sekadar untuk menyelesaikan tugas sekolah, namun lebih dari itu. Mulai dari sinilah saya senang dengan buku. Tiap bulan sebisa mungkin membeli satu buku dan ketika ada bazar buku murah selalu merapat. Saya memiliki keinginan untuk membuat perpustakaan di rumah. Sedikit sesal kenapa tidak dari kecil aku mencintai buku dan membaca. Tapi tidak apa-apa, bukankah tidak ada kata terlambat untuk berbenah? Selagi kesadaran ini masih ada, saya akan berusaha untuk merawat kesadaran tersebut. Bismillah.
Pendidikan sukses bukan ketika murid mampu menyelesaikan yang diatas kertas, namun murid mampu merealisasikan pengetahuan yang diperolehnya dengan aksi nyata.
Salakkembang, 24-11-2017
Comments
Post a Comment