Adilnya Rawi
Oleh : Fauzi Ridwan
Salah satu kriteria hadis dikatakan shahih adalah adilnya rawi. Yakni sifat adil yang dimiliki oleh periwayat hadis. Adil tentunya memiliki banyak ragam makna dan pengertian. Definisi satu orang dan orang lainnya boleh jadi berbeda. Ada yang mengatakan adil itu adalah taqwa. Juga adil itu sikap jujur dan dapat dipercaya. Maka boleh jadi dapat digaris bawahi bahwa adil adalah kaitannya dengan moral atau etika yang baik.
Tidak mudah menentukan apakah orang tersebut adil atau tidak. Seperti jika kita ambil perumpamaan dengan konteks yang terjadi saat ini. Siapakah calon pemimpin yang adil antara Jokowi dan Prabowo, sehingga pantas dipilih untuk memimpin Indonesia kedepannya?. Tentu perlu adanya klarifikasi lebih lanjut. Barangkali bagi orang yang pro Jokowi mengatakan yang adil adalah Jokowi. Berlaku juga sebaliknya.
Maka dari sini terdapat subjektifitas atau kecenderungan seseorang dalam menentukan sikapnya. Ini yang perlu menjadikan kita lebih hati-hati lagi untuk mempercayai segala sesuatu. Intinya tidak asal percaya, tidak mudah gumunan, tidak tergesa-gesa dan melakukan klarifikasi terlebih dahulu. Agar kebenaran yang kita dapatkan benar-benar yang sejati. Serta tidak jadi korban kepalsuan seperti kasusnya Ratna Sarumpaet kemarin.
Selain itu perlu juga mempertimbangkan aspek lainnya. Tidak lagi menggunakan kacamata kuda, tapi harus berwawasan luas. Jika dalam menentukan kesahihan hadis, selain adilnya rawi ada lagi seperti dhabit, tidak ada syadzdz (kejanggalan) dan tidak ada illat. Dan apabila anda pengen tahu lebih lanjut, silahkan kuliah di prodi ilmu Hadis. Apabila ingin berpikiran waras, kuliahlah di prodi filsafat.
Plosokandang, 05-10-2018
Oleh : Fauzi Ridwan
Salah satu kriteria hadis dikatakan shahih adalah adilnya rawi. Yakni sifat adil yang dimiliki oleh periwayat hadis. Adil tentunya memiliki banyak ragam makna dan pengertian. Definisi satu orang dan orang lainnya boleh jadi berbeda. Ada yang mengatakan adil itu adalah taqwa. Juga adil itu sikap jujur dan dapat dipercaya. Maka boleh jadi dapat digaris bawahi bahwa adil adalah kaitannya dengan moral atau etika yang baik.
Tidak mudah menentukan apakah orang tersebut adil atau tidak. Seperti jika kita ambil perumpamaan dengan konteks yang terjadi saat ini. Siapakah calon pemimpin yang adil antara Jokowi dan Prabowo, sehingga pantas dipilih untuk memimpin Indonesia kedepannya?. Tentu perlu adanya klarifikasi lebih lanjut. Barangkali bagi orang yang pro Jokowi mengatakan yang adil adalah Jokowi. Berlaku juga sebaliknya.
Maka dari sini terdapat subjektifitas atau kecenderungan seseorang dalam menentukan sikapnya. Ini yang perlu menjadikan kita lebih hati-hati lagi untuk mempercayai segala sesuatu. Intinya tidak asal percaya, tidak mudah gumunan, tidak tergesa-gesa dan melakukan klarifikasi terlebih dahulu. Agar kebenaran yang kita dapatkan benar-benar yang sejati. Serta tidak jadi korban kepalsuan seperti kasusnya Ratna Sarumpaet kemarin.
Selain itu perlu juga mempertimbangkan aspek lainnya. Tidak lagi menggunakan kacamata kuda, tapi harus berwawasan luas. Jika dalam menentukan kesahihan hadis, selain adilnya rawi ada lagi seperti dhabit, tidak ada syadzdz (kejanggalan) dan tidak ada illat. Dan apabila anda pengen tahu lebih lanjut, silahkan kuliah di prodi ilmu Hadis. Apabila ingin berpikiran waras, kuliahlah di prodi filsafat.
Plosokandang, 05-10-2018
Comments
Post a Comment