Habis Sarjana Terbitlah Usaha

Habis Sarjana Terbitlah Usaha

Senada dengan kalimat bijak ibu Kartini, habis gelap terbitlah terang. Judul diatas saya adopsi dari situ. Momentum yang pas bagi saya dan kawan-kawan lainnya yang saat ini menikmati hari pertama menjadi sarjana untuk refleksi membangun kesadaran. Tentang siapa kita, apa yang sebaiknya dilakukan, dan bagaimana menata masa depan.

Siapa kita? Sarjana. Calon orang sukses. Namun ada juga yang bilang pengangguran terdidik. Ah, ini kan cuma persepsi. Semuanya bergantung pada bagaimana kita mengisi aktivitas harian. Jika masih saja bermalas-malasan dan berada di zona nyaman, ya pantaslah dilabeli pengangguran terdidik.

Apa yang sebaiknya dilakukan sarjana adalah memantaskan dirinya. Pantes e sarjana kudune piye?(pantasnya sarjana itu harus bagaimana?). Hanya hati nurani kita sendiri yang bisa menjawab. Hati nurani pasti selalu mengajak pada kebaikan dan kebermanfaatan. Setidaknya ketika masyarakat membutuhkannya, siap sedia membantu. Atau lebih-lebih bisa peka dan memberikan solusi atas permasalahan yang ada.

Misalnya, akhir-akhir ini kan musimnya politik. Minimal sarjana bisa cerdas menerima informasi media massa. Sepantasnya sarjana bisa klarifikasi terlebih dahulu kebenarannya, tidak terburu-buru terprovokasi dan menyebar info yang belum jelas kebenarannya. Hal ini karena sarjana memang dididik demikian, seperti saat pembuatan skripsi, sumber data harus jelas, valid dan teruji terlebih dahulu. Barangkali begitulah pengaplikasian sederhana ilmu tersebut di era digital sekarang.

Bagaimana sarjana menata masa depan, tentunya harus memiliki usaha. Tanpa usaha, tidak ada yang mau menjamin kehidupannya. Sarjana sudah dewasa, sudah waktunya mencukupi kebutuhannya sendiri tanpa terlalu bergantung kepada orang tua lagi. Mudahnya sudah tidak minta pesangon orangtua lagi. Oleh karena itu sarjana sudah sepantasnya memiliki penghasilan sendiri.

Sarjana bisa berpenghasilan melalui jasa atau berwirausaha. Tidak ada kata terlambat untuk memulainya. Gunakan ketrampilan yang dikuasai sebagai bekal. Sebelum menjadi sarjana pastinya sudah dilatih untuk berpikir. Meskipun mendapat profesi rendah atau usaha kecil, tak boleh gengsi. Gunakan pikiranmu bagaimana selanjutnya meniti karir lebih baik lagi atau bagaimana agar usahanya meningkat. Tentu bukan hal yang mudah. Maka perlu belajar lagi dan lagi, berpikir lagi dan lagi.

Ingat ijazah itu cuma tanda tamat kuliah, bukan tanda orang yang mikir. Orang yang dulunya saat kuliah terbiasa mikir, seperti merencanakan, mengatur, memanajemen dsb, nantinya bakal tidak akan kebingungan. Gunakan potensi otak kita sebaik-baiknya agar tidak rugi. Sudah gitu aja, waktunya mempersiapkan acara wisuda bagi bebek-bebek saya. Wkwk
Haturnuwun

Semoga bermanfaat berkah semuanya.
Oleh : Fauzi Ridwan
Salakkembang, 23-09-2018

Comments