Pesan Kyai: Di Rumah Aja, Birrul Walidain



Oleh: Muhammad Fauzi Ridwan (Santri Pondok Ngunut)

            Sejak munculnya virus Covid 19 di tanah air, semua berubah. Khususnya bagi para pelajar. Mereka harus mampu beradaptasi dengan situasi dan kondisi baru. Seperti sistem belajar yang baru, siswa harus belajar melalui aplikasi online. Bahkan gegara corona, ujian nasional (UNBK) telah resmi dihapus oleh bapak mendikbud. Pertimbangannya bahwa keamanan dan keselamatan peserta didik adalah hal yang paling utama.
            Virus Covid 19 tidak boleh kita remehkan. Hal yang paling berbahaya dari virus ini adalah tingkat penyebarannya yang begitu masif. Apabila menyerang orang yang memiliki imunitas rendah, seperti manula akan rentan berujung pada kematian. Dalam keadaan seperti ini sosial distancing sangat perlu dilaksanakan. Tentu kita tidak mau melihat orang terdekat, teman atau keluarga menjadi sakit gara-gara kita. Maka seyogyanya sudahi sementara aktivitas di luar dan bila tergolong ODP (Orang Dalam Pantauan) lakukan isolasi diri selama waktu yang telah ditentukan. Namun yang paling  penting adalah senantiasa menjaga imunitas tubuh agar tetap sehat dan kuat.
            Ada sebuah kaidah yang berbunyi; “Nek ono pageblug neng siji daerah, sampean ojo pisan-pisan mlebu. Tapi lek wes kadung mlebu, ojo metu”. Pesan dari kaidah tersebut adalah apabila ada wabah di suatu daerah, kamu tidak boleh masuk kesana. Namun bila terlanjur masuk, janganlah keluar dari daerah tersebut. Karena bisa dimungkinkan wabah tersebut terbawa olehmu.
            Beberapa hari ini, ramai pondok pesantren yang memulangkan santrinya ke kampung halaman. Keputusan yang diambil oleh para Kyai untuk memulangkan santrinya tersebut, tentu telah mengalami penggodokan dan akhirnya menghasilkan keputusan yang lebih minim resiko mudaratnya. Kemarin, senin 30 maret 2020, pondok pesantren Hidayatul Mubtadiien Ngunut Tulungagung telah memulangkan santrinya yang berjumlah sekitar 1700 Santri dari semua unit. Juga di daerah lain seperti Pondok Lirboyo, Tambakberas dan pondok-pondok lainnya.
            Keselamatan dan kesehatan peserta didik adalah hal yang pokok. Sejalan dengan prinsip tersebut, memulangkan mereka menjadi alternatif terbaik. Ketika santri bersama orang tua mereka, tentu akan lebih mudah dalam hal pengawasan. Kepada siapa anak berinteraksi, makanan apa yang dimakan dan lain sebagainya. Pada keadaan seperti ini, orangtua akan lebih sering berinteraksi kepada anaknya. Hikmahnya adalah kita punya kesempatan emas menemani dan membahagiakan kedua orang tua. Birrul walidain.
            Seperti pesan abah K.H Fathurouf Syafi'i beserta seluruh dewan pengasuh pondok Ngunut yang berbunyi: “jika selama ini panjenengan semua ibadah lebih ke tholabul 'ilmi, sekarang waktunya panjengan semua ibadah lebih ke birrul walidain”. Pesan ini disampaikan pada acara pemberangkatan rombongan santri. Pesan yang lain berbunyi: “Konco-konco santri, yen wes ono omah ojo lali netepi akhlakul karimah, bekti marang wong tuwo, jejek sholat jamaahe, terus muthola'ahe, istiqomah ngajine, nambah lalarane, mempeng wiridane lan ojo ngasi lali jogo kesehatane. Pondok e sampean beto mantuk, ateges kegiatan / kewajiban kang wus kelaku wonten pondok tetepo sampean jogo lan lakoni. Kito sedanten tansah kangen sampean kabeh wangsul mriki. Mugi-mugi terus sehat dhohir batin, tetep semangat olehe bibinahu lan tansah pikantuk ridlone gusti Kang moho dumadi. Amin. Pesan ini disampaikan oleh abah K.H Minanurrohim Ali.
            Kami para santri sangat senang bisa pulang dan menghabiskan banyak waktu di rumah bersama keluarga. Ada momen haru dan bahagia saat bertemu kedua orang tua kami saat penjemputan. Kami pulang diantar dengan naik bus besar. Banyak sekali busnya. Hal ini supaya di pondok tidak terjadi kerumunan massa yang berasal dari berbagai latar belakang. Bus berhenti di rute-rute yang dekat dengan rumah kami. Rombongan terjauh berangkat meuju pulau Sumatera. Ada juga rombongan yang naik pesawat dan kami didampingi sampai benar-benar pesawat terbang dan orangtua kami sudah konfirmasi penjemputan. Ketika bertemu orangtua, kami dipasrahkan oleh ustadz pendamping. Alhamdulillah kami semua santri dalam keadaan sehat wal afiyah. Terimakasih abah kyai dan segenap dewan guru telah menjaga kami dengan baik. Lemah teles gusti Allah sing mbales.
            Pelajaran penting yang ingin penulis sampaikan bahwa virus Corona bukan sebuah aib atau suatu hal yang perlu dianggap tabu. Hilangkan persepsi demikian dan tetap jaga rasa kemanusiaan. Ikuti arahan dokter dan para ahli kesehatan. Jangan mudah percaya informasi hoax dan tidak perlu panik. Bila saat ini waktu kita lebih banyak di rumah aja, manfaatkan sebaik-baiknya untuk belajar bersama ayah dan ibu. Birrul walidain. Mintalah mereka bercerita tentang pengalaman hidup, jadikan orangtua  inspirasi dan moodboster kita untuk tambah berkualitas. Hingga akhirnya melihat senyum bahagia mereka atas pencapaian sukses kita. Semoga wabah corona segera sirna dari Indonesia.


Comments