Garam Filsafat dan Tepung Tasawuf
Filsafat ibarat garam. Bumbu utama dalam segala jenis masakan. Bila masakan itu adalah kehidupan, tanpa adanya garam akan berasa hambar. Filsafat begitu sangat berarti dalam kehidupan. Meskipun seringkali tak tampak dalam masakan.
Berfilsafat itu cirinya berfikir. Buah dari filsafat adalah ilmu. Filsafat disebut juga sebagai ibu dari ilmu pengetahuan. Dimana cabang-cabang keilmuan lahir dan berawal dari rahim filsafat.
Tasawuf ibarat tepung. Bahan dasar yang bisa diolah menjadi berbagai jenis makanan. Layaknya jalan baku yang menghantarkan pada tujuan purna. Atau sebuah pondasi yang menjadi unsur terciptanya suatu makanan utama.
Tepung berwarna putih lambang kesucian. Halus dan lembut dipegang lambang kesantunan badan. Buah dari tasawuf adalah akhlakul karimah atau akhlak yang terpuji. Beradab atau sopan santun menjadi ciri bertasawuf.
Saat garam dipadukan dengan tepung, garam harus ditakar sedikit. Tepungnya harus lebih banyak daripada garamnya. Begitulah resep membuat makanan yang enak. Bila garamnya lebih banyak, tak bisa jadi makanan. Jadinya keasinan.
Demikianlah resep kehidupan. Takaran ilmu atau kepintaran harus lebih sedikit. Sedang adab harus lebih banyak. Kepintaran tanpa adab akan menjadi kesombongan. Bahaya. Adab adalah pengendali ilmu. Sesunghuhnya semakin bagus adab kita, tersirat gambaran semakin dalam ilmu kita. WaAllohua'lam.
Comments
Post a Comment