Oleh : Fa_Rid
Ada kisah lama yang menarik. Seingatku kurang lebih tentang seorang gadis yang menghanyutkan selendangnya ke sungai. Kemudian ia menyusuri sungai tersebut hingga sampai di sebuah istana. Singkat kisah, sepulang dari istana, gadis tersebut diberikan hadiah berupa buah labu besar atau kecil untuk menukar selendangnya. Ia memilih buah yang kecil dan membawanya pulang.
Setibanya di rumah, buah itu dibuka. Sontak kaget, karena di dalamnya terdapat perhiasan yang sangat indah. Hal ini diketahui oleh ibu tiri dan saudari tirinya. Muncullah sifat iri pada saudari tiri hingga membuatnya meniru apa yang dilakukan si gadis. Setelah menghanyutkan selendang, saudari tiri sampai di istana. Ketika ditawari buah labu, ia langsung memilih labu yang paling besar. Kemudian buah itu di bawalah pulang ke rumah. Namun sayang, ketika buah besar itu dibuka ternyata isinya adalah ular. Bukan perhiasan seperti milik si gadis.
***
Ada juga kisah serupa tentang sifat iri yang lebih menarik. Kisah ini ditemukan di pesantren. Kisah bermula ketika seorang petani miskin hendak sowan ke ndalem kyai. Ia membawa singkong sebagai hadiah untuk kyai yang dikaguminya. Kemudian obrolan pun terjadi.
Kyai : Baru panen kang?
Petani : Mboten pak yai. Niki singkong dari sawahnya tetangga, Kulo namung buruh tani teng mriku.
Kyai : Oo inggeh Matursuwun.
Petani : Anu pak Kyai, Kulo nyuwun pandungane panjenengan. Mugi-Mugi istri kulo gangsar pas lahiran.
Kyai : Inggeh, panjenengan nyambut damel e nopo kang?
Petani : Namung manjing buruh pak kyai, ngonten gih mboten mesti.
Kyai : Niko kang sampeyan teng kandang, sampeyan mbeto wangsul mendo setunggal, ndamel ulur-ulur (modal usaha).
Petani : Matursuwun pak Kyai.
Setelah selesai meminta doa restu pak Kyai, petani pulang sambil membawa pulang kambing. Di perjalanan ada tetangganya yang kaget,
"Loh, tadi berangkat kayak cuma bawa singkong, pulang-pulang kok bisa bawa kambing? darimana pak?"
"Alhamdulillah diparingi saking pak Kyai."Jawab petani.
Singkat cerita, karena si tetangga tadi merasa iri atas apa yang diperoleh oleh petani, kemudian ia mencoba menirukannya. Ia membawa kambing dan berangan-angan pasti pak Kyai bakal memberikan sapi.
"Lha wong singkong aja bisa jadi kambing, klo bawa kambing, pasti dapat yang lebih besar" Pikir si tetangga.
Kemudian si tetangga tersebut sowan ke ndalem pak Kyai.
Tetangga: Pak Kyai niki mendo ndamel panjenengan.
Pak Kyai: Matursuwun kang, mendone ikhlas ndamel mbangun pondok gih kang?
Tetangga: inggeh yi.
Akhirnya, si tetangga pulang dengan tangan kosong dan sedikit berwajah kecut sebab rasa iri yang masih menyelimuti dirinya. WaAllhohu A'lam.
Salakkembang, 13-09-2019
Comments
Post a Comment