Sowan Prof. Imam Suprayogo


Oleh : Fauzi Ridwan
Salah satu barokahnya berkhidmah kepada guru, yaitu akan bertambah lagi guru kita. Kebaikan akan bertambah sebab ikut mengenal dan belajar dari teman-teman guru kita. Jaringan dan keilmuan kita akan semakin banyak. Bonusnya seringkali kita juga akan ikut makan enak bersama guru kita. Bagi santri, inilah nikmat yang luar biasa dari prinsip gandol sarunge kyai. Hehehe
Alhamdulillah saya berkesempatan diajak ikut sowan ke Prof. Imam Suprayogo. Beliau adalah sosok yang luar biasa. Pernah mendapatkan rekor MURI karena produktivitasnya menulis yang tiada henti. Sering pula mengisi acara di banyak kota di luar negeri. Sungguh beliau adalah tokoh yang patut kita teladani.
Prof Imam memiliki wawasan yang sangat luas. Perbincangan bersama beliau tidak akan ada habisnya, selalu ada saja topik berkualitas yang beliau ceritakan. Beliau orang yang ramah dan rendah hati. Tutur kata dan pemilihan bahasa beliau mudah dipahami dan tidak menggurui. Beliau bisa memilih bahasa dan kata yang tepat untuk audiencenya. Barangkali hal tersebut merupakan hasil dari rutinitas menulis beliau.
Ada banyak cerita yang beliau sampaikan. Salah satu yang menarik adalah kisahnya ketika beliau mondok di pon.pes Panggung Tulungagagung. Tatkala itu beliau mengamati ada sebuah keganjilan di sana. Ada santri yang sudah mahasiswa di perguruan tinggi Islam, namun duduk sekelas dengan santri kecil usia MTs. Bahkan ada santri kecil yang berada di tingkat atas si mahasiswa tadi.
Memang santri kecil tersebut bisa berada di tingkat kelas yang sama dengan mahasiswa, karena ia telah lama tinggal di pondoknya. Sedang si mahasiswa baru saja masuk, dan ketika di tes penempatan kelas, belum tentu mahasiswa bisa langsung berada di kelas tingkat atas. Jadi ada semacam ketidak pantasan disini. Ternyata tidak semua mahasiswa perguruan tinggi Islam, bisa lancar membaca Al-Qur'an.
Dari fenomena itu, prof. Imam kemudian menginisiasi pendirian pondok atau ma'had di perguruan tinggi Islam. Saat itu beliau menjadi rektor UIN Maliki Malang dan menerapkan gagasan tersebut di kampusnya. Dengan adanya wajib mondok di perguruan tinggi, intensitas belajar ngaji mahasiswa akan bertambah dan terjadwal dengan baik. Harapannya ketika lulus minimal sudah bisa lancara membaca al-Qur'an. Wong sudah sekolah di perguruan yang tinggi, ISLAM pula, kok gak bisa baca kitab sucinya, kan malu-maluin. Duh.
Semoga bisa bersambung. WaAllhua'alam.
Salakkembang, 23-09-2020





Comments