Wasiat Ilmu (2)


Oleh: Fauzi Ridwan
Ilmu akan menancap kuat dalam ingatan apabila kita sering mengulang-ulang pelajaran. Dalam tradisi pesantren, ada kegiatan santri yang menggambarkan wasiat pertama tersebut. Yaitu lalaran nadzoman atau bait-bait syair berbahasa Arab. Lalaran adalah kegiatan membaca nadzom serempak bersama-sama. Setiap memulai pelajaran ngaji di madrasah diniah, lantunan nadzom akan terdengar bersaut-sautan antar kelas di dalam pondok pesantren. Suasana yang demikian itu begitu syahdu, meski suara tak begitu merdu. Eh.
Lanjut mengenai wasiat kedua yakni "barokah e ilmu iku sebab khidmah". Keberkahan ilmu itu dikarenakan khidmah. Barokah adalah 'ziyadatun khoir', yaitu bertambahnya kebaikan. Ilmu akan menjadi bertambah kebaikannya apabila diiringi dengan khidmah atau pengabdian.
Pengabdian atas ilmu ada beragam bentuknya. Seperti menghabiskan waktunya hanya untuk belajar, banyak membaca. Menjadi guru atau ustaz yang mengajarkan ilmu juga termasuk pengabdian. Serta aktivitas menulis sederhana ini merupakan bentuk pengabdian atas ilmu.
Pohon yang berbuah adalah ibarat yang pas untuk menggambarkan keberkahan ilmu ini. Buah menjadi tambahan kebaikan atas pohon. Tentu agar berhasil berbuah, pohon harus memenuhi syarat tertentu. Perawatan pada pohon seperti rajin menyiram dan pemupukan adalah bentuk pengabdian atas pohon ilmu tersebut.
Dalam khidmah penting untuk bersikap ikhlas dan loman. Ikhlas adalah meniatkan segala sesuatu hanya untuk Allah Swt. Hanya kepada Ar-Rahman kita mengharapkan balasan atas pengabdian. Sejatinya pengabdian bagi seorang hamba, hanya untuk Tuhannya semata.
Ikhlas ini mudah kita lakukan bila hati lapang. Bila ikhlas masih terasa sulit, barangkali ada pengaharapan kita yang keliru. Berharap selain kepada Allah Swt. Semisal, bagaimana bila kita menjadi guru, sedang hanya satu murid yang datang? Respon hati yang sempit; ia berharap hanya mau mengajar banyak murid, bila yang hadir satu lebih baik dipulangkan. Sedang hati yang lapang, berapapun murid yang hadir, bukan menjadi masalah. Tidak merisaukan hati, sebab ia mengajar karena pengharapan kepada Allah Swt.
Sedang sikap loman ini berarti mudah memberi, ringan tangan, atau tidak banyak perhitungan. Dalam berkhidmah, menjadi seorang yang mudah memberi atau dermawan baik harta maupun jasa sangat penting untuk dilakukan. Khidmah yang disertai sikap loman sama dengan pengorbanan. Seseorang yang tidak pernah berkorban, ia akan menjadi tamak dan kikir. Ini dapat mengotori hati. Khidmah bermuara pada kebersihan hati. Abdi yang baik selalu tampil dan berupaya melakukan yang terbaik untuk Tuhannya. InsyaAllah akan bertambah balasan kebaikan untuknya. WaAllohua'lam.
Salakkembang, 08-09-2020

Comments