Hidayah

Oleh : M. Fauzi Ridwan

Hidayah secara mudah diartikan sebagai petunjuk. Ia hadir melalui keterbukaan hati dan pikiran. Hidayah berasal dari Tuhan. Maka mendapatkan hidayah merupakan nikmat yang tak boleh didustakan.

Hidayah datang pada siapapun yang Tuhan kehendaki. Sepandai apapun manusia, bahkan selevel Nabi pun, tidak bisa memaksa orang lain masuk Islam tanpa hidayah dari Allah Swt. Sungguh inilah nikmat iman yang merupakan perwujudan atas hidayah yang didapatkan.

Penerimaan hidayah pada manusia ibarat abi dengan daun. Api mempunyai sifat membakar. Daun kering merupakan salah satu benda yang mudah terbakar. Api akan mudah membakar daun kering hingga menjadi abu daripada membakar daun basah.
Tumpukan daun kering meskipun disulut dengan api sedikit akan membakar seluruh dedaunan.

Sang Api memang tidak mengharuskan dedaunan terbakar. Sesungguhnya terbakarnya daun tergantung dari keadaan daun itu sendiri. Jika keadaan daun kering akan mudah terbakar. Jika daun basah, pastinya akan sulit atau bahkan tidak mungkin terbakar.

Analogi tersebut bisa bermakna ketika kita berdakwah, tidak sepatutnya mengharuskan audience untuk paham dan termotivasi akan materi yang kita sajikan. Semua kembali pada keadaan audience. Kalau memang audience maunya hidup tetap seperti yang lalu, bukankah itu pilihannya sendiri. Hidup adalah pilihan, masing-masing orang punya kehendak untuk menentukan pilihannya sendiri.

Sebesar apapun kita menyulut api, jika mereka memilih menjadi daun basah. Maka tidak akan ada perubahan sama sekali. Api tidak bisa membakar daun yang basah. Begitu pula hidayah, akan sulit masuk bila dalam diri kita tak ada kebaikan. Melakukan hal baik merupakan pintu masuk hidayah. Mari menjemput hidayah dengan menebar kebaikan. WaAllohu a'lam.

Salakkembang, 12-01-2021




Comments