Penemuan Kebenaran

 

Teori Korespondensi

Teori korespondensi adalah teori kebenaran yang didasarkan pada fakta obyektif sebagai dasar kebenarannya. Teori ini menyatakan bahwa sebuah pernyataan dianggap benar hanya jika pernyataan tersebut berhubungan dengan fakta obyektif yang ada.16 Fakta obyektif tersebut adalah segala bentuk fenomena berupa tampilan visual, gelombang suara, rasa maupun tekstur, yang bisa ditangkap melalui panca indera. Sederhananya, suatu pernyataan dianggap benar jika ada faktanya. Jika tidak, maka pernyataan tersebut bukan kebenaran. Oleh karena sifatnya yang mengandalkan pengalaman inderawi dalam menangkap fakta, maka teori ini menjadi teori yang digunakan oleh para empirisis. 

Sebagai contoh, sebuah pernyataan “di luar terjadi hujan” dianggap benar jika terdapat fakta obyektif di luar sana benar-benar terjadi hujan. Peristiwa turunnya air dari angkasa harus bisa ditangkap oleh panca indera. Jika tidak bisa ditangkap oleh panca indera, maka peristiwa hujan itu bukan merupakan fakta, melainkan hanya peristwa delusif yang hanya berada dalam imajinasi si pemberi pernyataan. 

Pembuktian secara berulang-ulang pada teori korespondensi pada akhirnya akan melahirkan sebuah aksioma atau postulat yang pada umumnya berwujud sebagai kebenaran umum (general truth). Aksioma atau postulat adalah sebuah pernyataan yang dianggap sudah terbukti benar dan tidak perlu dibuktikan lagi. Karena sifat itulah ia dijadikan sebagai dasar dalam disiplin ilmu matematika dan bisa digunakan untuk membuktikan apakah pernyataan lain benar atau tidak.  

Prinsip Verifikasi

Prinsip ini menyatakan bahwa semakin banyak pihak yang mengiyakan dan menyaksikan bukti faktual yang berhubungan dengan sebuah pernyataan, maka kadar kebenaran tersebut akan semakin tinggi. Begitu juga sebaliknya. Prinsip verifikasi ini berguna untuk mengatasi kesalahan yang mungkin timbul pada setiap individu dalam menangkap kesan-kesan inderawi. Gula yang sejatinya manis akan terasa pahit di indera pengecap orang yang sedang sakit atau memiliki gangguan kesehatan. Oleh karena itu, pengujian terhadap fakta harus dilakukan secara terukur, berulangulang dan melibatkan sebanyak mungkin responden. Prinsip verifikasi ini banyak digunakan dalam metode saintifik untuk mengatasi kelemahan inderawi dalam menangkap fenomena faktual

Teori Koherensi

Menurut teori koherensi, sebuah pernyataan bisa dianggap benar hanya jika pernyataan itu koheren atau tidak bertentangan dengan pernyataan sebelumnya yang sudah terbukti benar. Untuk dianggap benar, teori ini mensyaratkan adanya konsistensi atau tidak adanya pertentangan (kontradiksi) antara suatu pernyataan dengan aksioma. Karena itulah teori koherensi dikenal juga sebagai teori konsistensi.

Sebagai contoh, di dalam disiplin ilmu matematika terdapat postulat bahwa jumlah sudut semua jenis bangun ruang segitiga berjumlah 180°. Jika ada satu pernyataan bahwa terdapat satu bentuk segi tiga yang jumlah sudutnya 210°, maka tanpa harus menyaksikan bukti faktual segitiga tersebut kita bisa menyatakan bahwa pernyataan orang tersebut tidak benar karena ia bertentangan dengan postulat. Pernyataan orang tersebut memiliki kontradiksi dengan postulat yang sudah ada. 

Perbedaan teori Koherensi dengan teori korespondensi terletak pada dasar pembuktian kebenaran. Pada teori korespondensi dasar kebenarannya pada ada tidaknya hubungan antara pernyataan dengan fakta yang ada, sedangkan pada teori koherensi pembuktiannya terletak pada ada tidaknya konsistensi antara pernyataan dengan postulat. Contoh lainnya, seseorang memberi pernyataan bahwa di dalam kolam alun-alun kota terdapat seekor ikan hiu yang masih hidup. Menurut teori korespondensi, untuk menentukan pernyataan tersebut benar atau tidak, kita harus menunggu fakta apakah di dalam kolam tersebut terdapat seekor ikan hiu yang masih hidup atau tidak. Sementara menurut teori koherensi, tanpa menunggu fakta, kita bisa meentukan pernyataan orang tersebut tidak benar karena bertentangan dengan aksioma yang sudah ada sebelumnya bahwa ikan hiu adalah jenis ikan air asin (laut). Tidak logis jika ikan air asin bisa hidup dalam air kolam alun-alun kota yang merupakan kolam air tawar.

Teori Pragmatis

Teori pragmatis berbeda dengan dua teori sebelumnya dalam menentukan dasar kebenaran. Jika pada korespondensi dasar kebenarannya adalah fakta obyektif dan pada teori koherensi adalah konsistensi logis, maka teori pragmatis meletakkan dasar kebenarannya pada manfaat praktis dalam memecahkan persoalan kehidupan. Tidak hanya berlaku pada dunia empiris, teori pragmatisme lebih lanjut juga bisa diterapkan berkaitan dengan obyek pengetahuan metafisik. 

Teori ini muncul sebagai kritik terhadap kaum positivis yang menganggap pernyataan metafisik sebagai pernyataan yang tidak bermakna (meaningless) karena ia tidak memiliki dasar faktual di dunia empiris. Menurut kaum pragmatis, pernyataan metafisik bisa menjadi pernyataan yang benar selama ia memiliki manfaat dalam kehidupan. Neraka ada bagi manusia yang berperilaku jahat. Terlepas dari ketiadaan bukti empiris tentang neraka, pernyataan itu bisa dianggap sebagai pernyataan yang benar karena memiliki manfaat dalam menurunkan angka kejahatan. 

Teori Sintaksis

Ramlan (dalam Pateda, 2011:97) mengatakan sintaksis adalah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa.  Frasa adalah gabungan dua buah kata atau lebih yang merupakan satu kesatuan dan menjadi salah satu unsur atau fungsi kalimat (Subjek, predikat, objek dan keterangan). Parera (2009:54) mengatakan frase ialah suatu konstruksi yang dapat dibentuk oleh dua kata atau lebih, baik dalam bentuk sebuah pola dasar maupun tidak. Sebuah frase sekurang-kurangnya mempunyai dua buah anggota pembentuk.

Sintaksis merupakan analisis tentang struktur kalimat. Gleason (1961: 128) menyatakan bahwa sintaksis adalah susunan konstruksi yang dibentuk oleh proses derivasi  (proses pembentukan katadan infleksi (perubahan bentuk kata) ke berbagai macam konstruksi yang lebih besar. Chomsky (1956: 11) mengatakan sintaksis adalah ilmu prinsip dan proses di mana kalimat dibentuk dalam bahasa tertentu. Sintaksis adalah salah satu cabang tata bahasa yang membahas struktur kalimat, klausa, dan frasa

 

Teori Semantik

Semantik adalah ilmu yang mempelajari arti di dalam bahasa. Semantik berkaitan dengan hubungan makna seperti dalam sinonim, antonim, dan hiponim. Semantik merupakan ilmu pengetahuan yang direkam dalam pustaka bahasa dan dalam pola-pola pembentukannya untuk arti yang lebih rumit dan juga lebih luas sampai ke taraf arti dalam kata.

Para linguis membahas semantik dari berbagai sudut pandang. Hal ini dilakukan untuk mencapai makna yang mereka (orang lain) butuhkan. Oleh karena itu, kita dapat menemukan berbagai teori semantik seperti; semantik behavioris, semantik generatif, semantik struktural, semantik deskriptif, semantik leksikal, semantik logika, semantik, gramatikal, semantik historis.

Salah satu upaya untuk memahami ayat Alquran ialah dengan pendekatan semantik, yaitu suatu pendekatan yang berhubungan dengan makna dari ungkapan dan juga dengan suatu wicara atau sistem penyelidikan makna dalam suatu bahasa. Pada umumnya semantik menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan makna yang lain serta pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat. 

Sebagai contoh, pembelajaran tentang masyarakat menurut perspektif Alquran, tidak lagi hanya sekadar menemukan legitimasi kewahyuannya, tetapi juga mengkaji dan mengembangkannya berdasarkan temuan mutakhir. Izutsu mengemukakan, bahwa metode ini lebih menekankan kepada Alquran untuk menafsirkan konsepnya sendiri dan berbicara tentang dirinya sendiri dengan memusatkan pembahasan untuk menganalisis struktur semantik terhadap kata-kata yang berharga dalam Alquran. Selanjutnya ia menjelaskan dalam pengertian yang lebih luas, bahwa semantik merupakan ilmu yang berhubungan dengan fenomena makna. 

Di sini berarti bahwa metode analisis semantik, berusaha mengkaji distribusi kosakata (term-term) yang membentuk jaringan makna dan jaringan konseptual dalam sebuah medan semantik dengan mengejar dan mengkombinasikan unit-unit makna kosakata dari unit yang paling elementer (tendensi makna) hingga unit yang paling sentral.


Rujukan:

https://ejournal.uinsatu.ac.id/index.php/kon/article/view/1966/914

https://www.bajangjournal.com/index.php/JOEL/article/view/3007/2147

https://prosiding.unimus.ac.id/index.php/mahasiswa/article/view/519/522

https://core.ac.uk/download/pdf/276535609.pdf

https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/Al-Bayan/article/view/1598/1136

Comments